REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Menteri Toleransi dan Koeksistensi Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Nahyan bin Mubarak Al-Nahyan melakukan pertemuan dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi di Teheran pada Sabtu (7/8). Momen itu berlangsung tak lama setelah Raisi dilantik.
Menurut laporan kantor beritan Iran, yakni Islamic Republic News Agency (IRNA), dalam pertemuan tersebut Raisi menyatakan keinginan tulus dan serius Iran untuk memperkuat hubungan dengan UEA. Dia berharap hal itu dapat terjalin di semua bidang.
Tak disinggung secara spesifik mengenai topik lain yang dibahas Raisi dan Sheikh Nahyan. Pada Selasa (3/8) lalu, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei resmi mendaulat Raisi sebagai presiden negara tersebut. “Mengikuti pilihan rakyat, saya menugaskan Hojatoleslam Ebrahim Raisi yang bijaksana, tak kenal lelah, berpengalaman, dan populer sebagai presiden Republik Islam Iran,” tulis Khamenei dalam sebuah dekret yang dibacakan kepala stafnya.
Dalam pidatonya, Raisi berjanji pemerintahannya akan berusaha mencabut sanksi ekonomi yang diterapkan Amerika Serikat (AS). Dia pun tidak akan menunggu bantuan asing untuk menyelamatkan perekonomian yang terpukul. “Kami akan berusaha mencabut sanksi tirani yang dijatuhkan Amerika,” ujar Raisi.
Dia juga berjanji akan memperbaiki kondisi kehidupan warga Iran yang menderita akibat sanksi ekonomi dan diperburuk oleh pandemi. Raisi memenangkan pilpres Iran pada 19 Juni lalu. Dia menghimpun 62 persen suara.