REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Umat Islam Indonesia akan menyambut Tahun Baru Hijriyah atau Tahun Baru Islam 1443 H pada Selasa (10/8) besok. Tahun baru yang diperingati setiap 1 Muharram ini dapat dimaknai dengan mengingat kembali peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Saw.
Dalam menyambut Tahun Baru Islam ini, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan tentang makna hijrah yang sesungguhnya.
Menurut dia, penanggalan dalam kalender Islam senantiasa menghandirkan suatu momentum yang membawa kesan dan pesan bahkan hikmah dalam kehidupan.
"Penanggalan dalam Islam mengikutkan pada suatu momentum hijrah Nabi Muhammad SAW sehingga pergantian tahunnya disematkan dengan momentum ini yang disebut dengan nama Hijriyah," ujarnya seperti yang dijelaskan di saluran Youtube miliknya, Adi Hidayat Official’.
Menurut UAH, hijrah bukan sekadar berpindah tempat, melaikan hijrah adalah sebuah komitmen yang dibangun oleh kesadaran nurani dan spiritual untuk berpindah kepada keadaan lebih baik yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dia menceritakan bahwa umat Islam di Makkah pada saat itu tidak terlampau kondusif untuk bisa beribadah dengan baik, untuk bisa mempraktikkan nilai-nilai Islam yang luhur, dan untuk bisa membangun hubungan harmoni antar masyarakat dengan nilai-nilai keislaman.
Karena itulah, menurut UAH, Allah memerintahkan kepada Rasulullah untuk berhijrah kepada suasana yang mampu membangun kedekataan kepada Allah dengan lebih nyaman dan lebih baik, bisa mempraktikkan nilai-nilai Islam dengan baik, dan interaksi sosial bisa berlangsung dengan baik.
"Spirit hijrah seakan memberikan kesan kepada kita bahwa yang pertama, selama kita telah berkomitmen menjadi seorang Muslim, berislam, maka buktikan komitmen itu dengan cara selalu menghadirkan suasana yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya," ucap UAH.
Maka, lanjutnya, berhijrah bukan sekadar berpindah tempat, melainkan berhijrah untuk menghadirkan suasana yang lebih mulia, baik, dan elok dibandingkan dengan sebelumnya.
Dia pun mengajak umat Islam untuk berhijrah lebih dekat dengan masjid, membiasakan menunaikan ibadah sholat tahajud, dan behijrah untuk membiasakan diri beriteraksi dengan Alquran.
"Dan puncaknya, yang belum menampilkan ajaran Islam dengan baik maka tampilkanlah keadaan Islam dalam setiap titian kehidupan kita, lisan kita berislam, mata kita berislam, telinga kita berislam, sampai ke ujung kaki kita. Itulah hijrah yang sesungguhnya," jelas UAH.