REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Puluhan ribu orang Argentina telah turun ke jalan di seluruh negeri memprotes kemiskinan dan pengangguran. Krisis ekonomi yang diperparah oleh pandemi virus corona terus memukul penduduk dengan keras.
Organisasi-organisasi yang bekerja dengan kelompok-kelompok penganggur dan sayap kiri memimpin protes di ibu kota, Buenos Aires. Protes ini dimulai di sebuah gereja tempat ribuan peziarah melakukan perjalanan setiap tahun untuk berdoa di kuil San Cayetano, santo pelindung pekerjaan, yang hari rayanya adalah Sabtu.
Pawai itu berakhir di Plaza de Mayo, sebuah alun-alun besar di depan pusat pemerintahan tempat protes biasanya berlangsung. "Saya datang atas nama orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan, saudara laki-laki saya, tetangga saya, dan banyak orang yang Anda lihat benar-benar berjuang di mana-mana," ujar asisten pendidikan bernama Nestor Pluis.
Anggota parlemen Juan Carlos Alderete, pemimpin partai sayap kiri Corriente Clasista y Combativa, mengatakan kebutuhan orang-orang di beberapa lingkungan menjadi luar biasa. "Dapur umum melihat seluruh keluarga datang untuk makan dan banyak dari anak-anak harus dirawat oleh para profesional kesehatan karena mereka kekurangan gizi,” katanya.
Protes juga terjadi di bagian lain negara itu, termasuk di kota kedua Argentina, Cordoba, dan kota barat Mendoza. Protes tersebut tetap berjalan meski sehari sebelumnya pemerintah Argentina mengumumkan akan melonggarkan pembatasan virus corona setelah berminggu-minggu penurunan kasus dan angka kematian.
"Semakin kita memvaksinasi dan menjaga diri kita sendiri, semakin kita dapat mempertahankan pencapaian ini dan maju dalam pembukaan yang berkelanjutan dan progresif,” ujar Presiden Alberto Fernandez.
Baca juga : Arab Saudi Izinkan 2 Juta Jamaah Umrah per Bulan
Fernandez menyatakan ia melihat hari yang lebih cerah di depan. “Argentina sedang tumbuh, memulihkan pekerjaan, dan akan memulihkan pendapatan,” katanya.
Menurut data Johns Hopkins University, Argentina telah melaporkan lebih dari lima juta kasus Covid-19 dan lebih dari 107.000 kematian. Pandemi telah memperburuk situasi ekonomi yang sudah sulit di negara Amerika Selatan itu. Sebanyak 42 persen dari 19 juta penduduk negara itu hidup di bawah garis kemiskinan dan pengangguran mencapai 10,2 persen.