REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan Pemerintah Lebanon bertanggung jawab atas serangan roket yang diluncurkan dari wilayahnya. Hal itu disampaikan saat belum ada pihak yang mengklaim sebagai aktor penyerangan ke Israel.
“Negara dan tentara Lebanon harus bertanggung jawab (atas) apa yang terjadi di halaman belakangnya,” kata Bennett saat berbicara kepada kabinetnya pada Ahad (8/8) dikutip dari laman Al Arabiya.
Bennett mengisyaratkan siap membalas setiap serangan ke tanah Israel. “Tidaklah penting bagi kami jika itu adalah organisasi Palestina yang menembak, pemberontak independen; negara Israel tidak akan menerima penembakan di tanahnya,” ujarnya.
Sebelumnya Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan kelompoknya siap merespons serangan udara yang diarahkan Israel ke Lebanon. Dia pun memperingatkan Hizbullah dapat meningkatkan aksi militernya di masa mendatang.
Nasrallah mengungkapkan serangan udara Israel ke Lebanon pekan ini merupakan perkembangan berbahaya. Hal itu belum pernah terlihat dalam 15 tahun terakhir. Dia mengatakan Hizbullah akan merespons setiap serangan udara Israel dengan cara yang cepat dan proporsional.
"Kami memilih kemarin membuka lahan di area perkebunan Shebaa untuk mengirim pesan dan untuk mengambil langkah. Nanti kami dapat meningkatkan dengan langkah lain,” kata Nasrallah dalam pidatonya pada Sabtu (7/8).
Pada Rabu (4/8) lalu, Israel menerima serangan roket dari Lebanon. Tak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas aksi tersebut. Hizbullah juga tak memberikan komentar apa pun tentang serangan itu.
Israel merespons serangan tersebut dengan meluncurkan artileri ke Lebanon. Hizbullah pun menanggapi aksi itu dengan menembakkan roket ke arah pasukan Israel. Kedua belah pihak menargetkan lahan terbuka. Hal itu mengindikasikan bahwa Israel dan Hizbullah masih menahan untuk tidak terseret ke dalam konfrontasi lebih dalam.
Israel telah menerima beberapa kali serangan roket dari Lebanon. Situasi di perbatasan kedua negara pun sangat mudah memanas. Pada 2006, Israel diketahui sempat bertempur dengan Hizbullah yang diyakini mendapat dukungan Iran.
Israel dan Hizbullah adalah musuh yang masih berhadapan dengan jalan buntu dalam perang selama sebulan pada 2006. Israel memperkirakan Hizbullah memiliki lebih dari 130.000 roket dan rudal yang mampu menyerang di mana saja di negara itu. Dalam beberapa tahun terakhir, Israel juga telah menyatakan keprihatinan bahwa kelompok tersebut mencoba untuk mengimpor atau mengembangkan persenjataan rudal yang dipandu dengan presisi.