REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam usia yang sangat tua, Nabi Ibrahim dan istrinya mendapatkan kabar mengejutkan mengenai kehamilan. Di balik kabar yang menggembirakan ini, dua orang shalih tersebut mengungkapkan keterkejutannya dalam menerima kabar serta karunia itu dari Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al-Hijr ayat 53-56, “Qaalu laa taujal inna nubassyiruka bighulamin alimin. Qaala abasyartumuni ala an massaniya al-kibaru fabima tubasyiruna. Qaalu bassyarnaka bil-haqqi fala takun minal-qaanithina. Qaala wa man yaqnathu min rahmati Rabbihi illa ad-dhaaluna”.
Yang artinya, “Mereka berkata, ‘Jangan engkau merasa takut, sesungguhnya Kami menggembirakanmu dengan seorang anak laki-laki yang alim’. Dia berkata, ‘Apakah kamu menggemberikan aku, padahal aku telah disentuh oleh ketuaan, maka dengan cara bagaimanakah apa yang kamu gembirakan aku (itu)?’ Mereka menjawab, ‘Kami menggembirakanmu dengan haq, maka janganlah engkau termasuk orang-orang yang berputus asa’. Dia berkata, ‘Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat’.”
Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Mishbah Jilid 7 menjelaskan bahwa ayat tersebut memberitahukan kabar gembira yang disampaikan kepada Nabi Ibrahim AS. Sedangkan dalam Surah Hud, kata Prof Quraish, berita gembira itu disampaikan kepada istrinya.
Dengan demikian boleh jadi penyampaian tersebut terjadi dua kali, yang pertama kepada Nabi Ibrahim AS dan yang kedua—tidak lama kemudian—kepada istri beliau. Betapapun, yang pasti berita itu menggemberikan suami istri tersebut. Bahkan kalaupun berita itu hanya disampaikan kepada salah seorang dari pasangan itu, maka berarti telah diterima oleh pasangannya.
Para malaikat—sebagaimana terbaca di atas—tidak melarang istri Nabi Ibrahim AS takut, tetapi melarang Nabi Ibrahim AS sendiri (janganlah engkau merasa takut), padahal menurut Nabi Ibrahim AS, istrinya pun takut. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam redaksi ayatnya yang berbunyi, “Sesungguhnya kami merasa takut kepada kamu".
Hal ini boleh jadi karena ketika istri Nabi AS tidak berada di hadapan para malaikat atau boleh jadi juga ini mengisyaratkan bahwa adalah tugas suami menanamkan rasa aman kepada istrinya. Jika suami merasa tenang, maka ketenangan itu diharapkan beralih kepada istri, demikian juga sebaliknya.
Kesan ini dapat dirasakan juga ketika para malaikat itu membatasi dugaan berputus asa pada diri Nabi Ibrahim AS sendiri dengan tidak berkata, “Janganlah kamu berdua sebagai suami istri merasa berputus asa”.
Sementara ulama menggarisbawahi bahwa Nabi Ibrahim AS sama sekali tidak meragukan kekuasaan Allah. Beliau hanya terheran-heran dan merasa sangat aneh dan takjub jika dia yang telah tua dan istrinya yang dinilai mandul itu masih dapat memperoleh keturunan.
Makna ini sejalan dengan ucapan istri Nabi Ibrahim AS yang diabadikan dalam Alquran Surah Hud ayat 72. Allah berfirman, “Qaalat ya waylata a-alidu wa ana ajuzun wa hadza ba’li syaikhan, inna hadza lasyai’un ajibun".
Yang artinya, “Istrinya berkata, ‘Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula?’ Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh”.
Dengan demikian, Nabi mulia itu seakan-akan berkata, “Aku tidak pernah berputus asa, aku hanya mempertanyakan tentang hal itu. Karena itu aku sangat gembira mendengarnya, tetapi tercengang bagaimana berita gembira itu dapat terlaksana. Karena itu aku bertanya, ‘Boleh jadi juga saking gembiranya, beliau bertanya lagi bukan karena tidak percaya, tetapi karena ingin mendengar sekali lagi berita gembira itu”.