Senin 09 Aug 2021 07:02 WIB

Keutamaan Menulis 113 Bismillah pada Awal Muharram

Basmalah atau bismillah mempunyai manfaat yang besar

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Basmalah atau bismillah mempunyai manfaat yang besar. Bismillah
Foto: IST
Basmalah atau bismillah mempunyai manfaat yang besar. Bismillah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Umat Islam akan kembali menyambut Tahun Baru Hijriah di masa pandemi Covid-19. Karena itu, umat Islam tidak bisa merayakan tahun baru Islam dengan meriah seperti tahun-tahun sebelumnya.  

Kendati demikian, ada sejumlah amalan yang dapat dikerjakan umat Islam di awal Muharram 1442 Hijriah. Di antaranya adalah menulis kalimat bismillah. Amalan ini diajarkan seorang ulama nusantara berdarah Kudus, yaitu Syekh Abdul Hamid Kudus. 

Baca Juga

Dalam kitabnya yang berjudul "Kanzu Al-Najah Wa Al-Surur Fi Al-Ad’iyyah Allaty Tasyrah Al-Shudur", Syekh Abdul Hamid menjelaskan bahwa orang yang menulis kalimat bismillah pada awal Muharram tidak akan tertimpa kesusahan, begitu juga keluarganya.  

"Menulis bismillah sebanyak 113 pada awal Muharam , yang menulis dan keluarganya tidak akan tertimpa kesusahan seumur hidupnya dan apabila ia bertemu dengan hakim yang zalim maka ia akan aman dari kejelekan atau kedhalimannya," kata Syekh Abdul Hamid dalam kitabnya. 

Kanzun al-Najah wa al-Surur merupakan kitab kumpulan doa dan amaliyah para salaf ash-shalih selaras dengan hari dan bulan Hijriyah. Dalam penyajiannya, Syekh Abdul Hamid mengutip beberapa ayat dan hadits-hadits pilihan.

Ada beberapa cara untuk menulis kalimat basmalah sebanyak 113 kali tersebut, yaitu pertama, menulis bismillahirrahmanirrahim di atas kertas dengan menggunakan bahasa Arab, seperti (بسم الله الر حمن الر حيم) 

Kedua, tulisan basmalah tersebut dimulai setelah magrib atau muncul hilal (bulan muda) pada Muharram dan berakhir pada azan besok malam. 

Ketiga, menulis basmalah dalam keadaan suci, baik hadas kecil atau besar. Dianjurkan dalam keadaan berwudhu. 

Keempat, menulis basmalah sambil menghadap kiblat. Kelima, menutup aurat. Keenam, menutup aurat. Ketujuh, tidak berbicara saat menulis basmalah. 

Baca juga : Hasil Rukyat Hilal PBNU: 1 Muharram Selasa 10 Agustus

 

Siapa Syekh Abdul Hamid? 

Ia memiliki nama lengkap Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Kudus bin Abdul Qadir al-Khathib bin Abdullah bin Mujir Kudus. Ia lahir di Makkah pada 1277 H/1860 M. Namun, ada juga yang menyebutkan lahir pada 1280 H/1863 M. 

Syekh Abdul Hamid Kudus tergolong ulama yang prolifik di masanya. Tercatat ada dua belas karya yang ditemukan dan beberapa yang hilang. 

Selain Kanzun al-Najah wa al-Surur, ada kitab lain karya Syekh Abdul Hamid yang banyak dikaji di berbagai pondok pesantren, yaitu Lataif al-Isharat Sharh Tashil al-Turuqat li Nadhm Waraqat dalam bidang kajian ushul fikih.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement