Program Electrifying Agriculture Buah Naga Rambah Mojokerto
Red: Bilal Ramadhan
Buah naga merupakan salah satu komoditas hortikultura yang saat ini cukup diminati baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor. | Foto: Kementan
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Program electrifying agriculture atau penerangan untuk pertanian buah naga dari PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jatim kini merambah Mojokerto, setelah sebelumnya menerangi sebagian besar kebun buah naga di Kabupaten Banyuwangi.
Manager PLN UP3 Mojokerto, Puguh Prijandoko mengatakan, program itu secara umum juga bisa menerangi sejumlah pertanian, seperti tanaman bawang dan hidroponik, pompa untuk irigasi persawahan, serta tambak udang.
"Di wilayah kami terdapat beberapa jenis electrifying agriculture yakni lampu untuk tanaman bawang dan hidroponik, pompa untuk irigasi persawahan dan tambak udang, hingga kini lampu untuk kebun buah naga, dan terdapat 690 pelanggan electrifying agriculture dengan total daya 1.917.000 KVA," kata Puguh.
Puguh memaparkan, tim PLN selalu menyambut positif dan menawarkan berbagai program kemudahan untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian di Mojokerto.
"Saat ini kami pun memiliki potensi 480 pelanggan sektor pertanian yang terdiri dari sumur sawah, bawang, hidroponik, kebun naga dan kandang ayam dengan total daya 2,14 MVA," kata dia.
Puguh mengatakan, PLN akan selalu menawarkan berbagai kemudahan ketika menggunakan listrik dan menjadi pelanggan. Oleh karena itu, dirinya mengajak petani buah naga lain untuk beralih menggunakan listrik, agar memperoleh keuntungan investasi berlipat-lipat keuntungan.
"Fungsi penerangan pada tanaman buah naga dengan Lampu UV yang berwarna kuning 12 watt di 7.000 titik, selain untuk mengusir hama juga membantu proses fotosintesis di malam hari," kata Puguh.
Sementara itu, salah satu petani buah naga di Pacet, Agus Mulyohadi menceritakan produktivitas kebun buah naga mengalami peningkatan setelah menggunakan listrik.
Agus menambahkan pada kebun seluas 4,5 hektare itu dirinya semula panen 20 ton/ha dalam 1 tahun untuk harga jual yang rendah berkisar antara Rp 3.000 hingga Rp 5.000.
Namun setelah menggunakan listrik mampu memproduksi 60 ton/ha dalam setahun untuk harga kisaran Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu karena di luar musim.
"Saya menanam buah naga pada tahun 2016 dan panen setahun sekali, saat musim panen harga anjlok. Setelah berjalan-jalan ke Banyuwangi, saya melihat ada buah naga menggunakan listrik, terinspirasi dari hal tersebut mulai tahun 2017 kami menggunakan listrik PLN dan banyak sekali manfaat yang didapat," katanya.
Ia mengatakan, dengan menggunakan listrik, mampu meningkatkan produksi, bahkan sepekan sekali bisa panen dengan keuntungan yang didapat mengalami peningkatan signifikan hingga 3 kali lipat dari sebelum menggunakan lampu.