REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Allah SWT memilih empat bulan (Dzulqaidah, Dzulhijiah, Muharram dan Rajab) dari 12 bulan yang diistimewakan. Kemuliaan empat bulan ini sama dengan kemulian pada diri manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.
"Kehormatan dan keagungan yang disandang oleh waktu dan tempat pada dasarnya serupa dengan kehormatan dan keagungan yang disandang manusia," tuturnya kata Prof Quraish Shihab dalam tafsirnya Al-Misbah.
Prof Quraish menuturkan, jikalau manusia menyandang kehormatan karena banyaknya kebaikan yang lahir darinya seperti keimanan yang tulus, dan budi pekerti yang luhur. Maka tempat dan waktu juga mendapat keagungan dan kehormatan.
"Karena di tempat atau waktunya itu, dapat lahir kebaikan yang banyak serta ganjaran yang melimpah," tuturnya.
Prof Quraish Shihab mengatakan, pada waktu dan tempat itu Allah membuka peluang besar untuk memperoleh anugerah-Nya serta melipatgandakan ganjarannya. Seperti contohnya, salat di Masjid al-Haram misalnya, memperoleh ganjaran seratus ribu kali dibanding dengan tempat yang lain.
"Sedang di Masjid Nabawi ganjarannya hanya sepuluh ribu kali, atau seribu kali dalam riwayat yang lain," katanya.
Selain itu ada satu malam pada bulan Ramadhan, yakni Lailatul Qadar yang ganjaran amal kebaikan serupa dengan ganjaran yang diterima umat-umat yang lalu selama seribu bulan. Demikian seterusnya yang itu semua berdasar ketetapan dan kehendak Allah.
Dalam surah At-Taubah ayat 36 Allah SWT melarangan menganiaya diri sendiri. Larangan itu juga berlaku untuk orang lain.
"Artinya berdosa menganiaya diri sendiri juga termasuk di dalamnya menganiaya pihak lain,"
Prof Quraish Shihab mengatakan, bahwa ayat ini menggunakan kata "anfusakum" untuk mengisyaratkan kesatuan kemanusiaan, yakni menganiaya orang lain sama dengan dengan menganiaya diri sendiri.