Senin 09 Aug 2021 19:21 WIB

DPRD Minta Disdik Bogor Buat Terobosan Baru untuk PJJ

Diharapkan pihak sekolah tidak melakukan pembelajaran secara monoton.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah siswa SMP belajar secara daring saat peluncuran WiFi Publik dan Pedoman Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Kota Bogor di Kampung Bubulak RT 04/16, Kelurahan Tegal Gundil, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (21/9/2020). Pemerintah Kota Bogor memasang WiFi publik gratis di 797 titik yang tersebar se-Kota Bogor sebagai upaya mendukung dan memaksimalkan sistem PJJ untuk siswa di Kota Bogor.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Sejumlah siswa SMP belajar secara daring saat peluncuran WiFi Publik dan Pedoman Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Kota Bogor di Kampung Bubulak RT 04/16, Kelurahan Tegal Gundil, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (21/9/2020). Pemerintah Kota Bogor memasang WiFi publik gratis di 797 titik yang tersebar se-Kota Bogor sebagai upaya mendukung dan memaksimalkan sistem PJJ untuk siswa di Kota Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Orang tua siswa pada sebuah sekolah dasar di Cilebut, Kabupaten Bogor mengeluh akan tindakan seorang guru yang dinilai otoriter dan arogan. Selain melakukan evaluasi secara berkala, DPRD Kabupaten Bogor akan mendorong Dinas Pendidikan (Disdik) untuk membuat terobosan dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Agus Salim mengatakan, koordinasi antara Disdik Kabupaten Bogor, Komisi IV DPRD Kabupaten Bogor, dan pimpinan terus berjalan. Maka dari itu, kejadian di sekolah dasar tersebut akan dievaluasi.

“Hal ini juga jadi salah satu tambahan dalam evaluasi berkala kami. Sehingga kami juga akan mendorong Disdik Kabupaten Bogor untuk memberikan terobosan, karena Kabupaten Bogor luar biasa luasnya dengan beragam kondisi yang ada,” kata Agus kepada Republika, Senin (9/8).

Agus mengatakan, diharapkan Disdik Kabupaten Bogor bisa berkoordinasi dan memberi solusi terbaik bagi sekolah, guru, para siswa, juga para orang tua siswa. Sebab, PJJ sudah dilaksanakan selama hampir dua tahun.

Lebih lanjut, Agus menjelaskan, di beberapa daerah Kabupaten Bogor terdapat daerah yang tidak dapat menjalani PJJ sama sekali. Ada yang terkendala karena tidak mendapat sinyal, juga ada yang karena tidak memiliki aplikasi untuk belajar daring.

“Mereka harus ada solusi, dan ini harus dipikirkan terus oleh pihak Disdik. Mereka enggak boleh diam, enggak boleh menyerab karena Kabupaten Bogor luasnya luar biasa dengan permasalahan yang kompleks,” jelasnya.

Kondisi yang demikian, dikatakan Agus dapat mempengaruhi psikologis bagi merekan yang terlibat. Oleh karena itu, dia meminta semua pihak di bagian pendidikan terus bersinergi dan bekerjasama di tengah kondisi pembelajaran yang tidak ideal.

Dia berharap, Disdik Kabupaten Bogor dapat membantu guru agar tidak kehilangan inovasi. Selain itu, diharapkan pihak sekolah tidak melakukan pembelajaran secara monoton. Orang tua murid pun diminta untuk terus menjalin komunikasi dengan sekolah.

Sebelumnya, diketahui sebuah cuitan di Twitter berisi keluhan orang tua siswa terkait guru yang dinilai otoriter dan arogan viral di media sosial. Selain mengeluh melalui media sosial, orang tua siswa bernama Anung Hidayah (36 tahun) yang berdomisili di Kabupaten Bogor turut melaporkan guru yang bersangkutan ke pihak sekolah.

Dalam cuitannya pada Rabu (4/8), Anung menceritakan tentang istrinya yang dikeluarkan dari grup WhatsApp pembelajaran jarak jauh (PJJ) anaknya yang masih duduk di kelas 4 SD. Istri Anung dikeluarkan lantaran melakukan protes kepada guru yang memberi tugas yang banyak, namun tidak disertai pemberian materi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement