Senin 09 Aug 2021 19:50 WIB

Awali Tahun Baru Hijriyah dengan Pola Kebiasaan Lebih Islami

Tahun baru hijiriyah harus dimulai dengan pola hidup Islami.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Sejumlah warga mengikuti pawai obor di Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020) malam. Pawai obor tersebut digelar dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 Hijriyah.
Foto: ANTARA FOTO/Candra Yanuarsyah
Sejumlah warga mengikuti pawai obor di Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020) malam. Pawai obor tersebut digelar dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 Hijriyah.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Islam (Persis), Ustadz Jeje Zaenudin mengungkapkan sejumlah makna dari pergantian tahun baru islam 1443 hijriah yang masih dalam kondisi pandemi Covid-19. 

"Tahun Hijrah dihitung dari tahun terjadinya peristiwa hijrah rasulullah dan kaum muslim yang terzalimi dari Makkah ke Madinah. Pemilihan peristiwa hijrah sebagai tonggak dan titik awal penghitungan tahun Islam memberi makna setidaknya pada beberapa hal," kata Ustadz Jeje pada Senin (9/8).

Baca Juga

Dia melanjutkan, yang pertama, pergantian tahun pada hakikatnya adalah perubahan dan pertambahan umur manusia dan umur dunia. Maka seharusnya pertambahan umur meningkatkan kedewasaan hidup manusia, yang ditandai dengan semakin bijaksana, dan semakin serius dalam memperbaiki kehidupan. Hal ini karena dunia semakin tua, kian dekat dengan kiamat.

"Kedua, pergantian tahun Hijriah yang saat ini juga masih di masa pandemi Covid 19, sangat tepat untuk dijadikan penguatan harapan kebangkitan dari keterpurukan akibat pandemi ini," ucap Jeje.

Ustadz Jeje mengatakan, hijrah juga memberi pesan simbolis, bahwa dalam ketertekanan, dan keterpurukan masih tebentang jalan untuk berikhtiar menyingkirkan kesulitan.

"Singkirkan semua hambatan dan kesulitan akibat pandemi dengan paradigma dan pola kebiasaan hidup baru yang lebih islami lebih sehat dan lebih peduli terhadap sesama dan lingkungan," katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement