Senin 09 Aug 2021 19:58 WIB

Makna Hijrah Menurut Mamah Dedeh

Mamah Dedeh jelaskan makna hijrah.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Makna Hijrah Menurut Mamah Dedeh. Foto:   Mamah Dedeh menyampaikan tausiyah pada acara Doa Untuk Bangsa yang digelar secara virtual oleh Republika, Kamis (31/12) malam.
Foto: Republika
Makna Hijrah Menurut Mamah Dedeh. Foto: Mamah Dedeh menyampaikan tausiyah pada acara Doa Untuk Bangsa yang digelar secara virtual oleh Republika, Kamis (31/12) malam.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ustadzah Kondang, Dedeh Rosidah atau yang akrab disapa Mamah Dedeh mengungkapkan makna hijrah Rasulullah menjelang masuknya tahun baru 1443 Hijriah.

"Kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala diberikan kesempatan oleh Allah masuk dalam tahun baru hijriah 1443, karena kita bersyukur dengan nikmat Allah yang sangat banyak, nikmat Allah begitu banyak, dalam surat Ibrahim ayat 34, 'innal insaana lazaluu mun kaffaar', 'namun manusia dzalim dan kufur dengan nikmat Allah'. Jadi yang pertama kita bersyukur dengan nikmat Allah dengan umur yang panjang," kata Mamah Dedeh pada Ahad (8/8).

Baca Juga

Ustadzah mengungkapkan, meskipun hijrah nabi Muhammad ﷺ, sudah terjadi 14 abad yang lampau, namun umat dapat mengambil hikmah yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hikmah yang pertama yakni terkait dengan pengorbanan, saat akan melakukan hijrah, Rasulullah diberikan unta oleh Abu Bakar. Rasulullah pun memaksa untuk membayarkan unta yang didapat dari sahabatnya tersebut.

Dia menjelaskan, hidup ini merupakan perjuangan, dan setiap perjuangan harus ada pengorbanan. Tanpa adanya pengorbanan, maka hidup tidak akan berhasil. Dalam surat Ali Imran ayat 169 disebutkan, وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ, "Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki".

"Kedua, hikmah daripada hijrah, kita menjadikan hidup yang berguna, sebaik-baik manusia, manusia yang banyak manfaatnya buat orang lain. Ketika Rasulullah keluar rumah begitu banyak kaum musyrikin kafir quraisy dengan pedang yang terhunus akan membunuh beliau, sementara Rasulullah pada saat itu disuruh oleh Allah untuk hijrah. Lalu beliau bilang pada Ali bin Abi Thalib, 'Ali, kamu lihat keluar, betapa banyak orang yang ingin membunuh saya, maukah engkau menggantikan saya tidur di tempat saya, memakai selimut saya'. 'Buat apa kata ali?', 'Biar orang yang mengintip ke dalam mereka mengira saya masih ada', Ali mengatakan, 'Siap Rasulullah, kalau Rasulullah meninggal islam habis, tapi kalau Ali meninggal dunia, besok lusa ribuan Ali akan lahir ke alam dunia'," papar Mamah Dedeh.

Hal tersebut sejalan dengan surat Ali Imran ayat 169. Ustadzah menjelaskan, ada perbedaan antara orang yang hidup dengan yang mati. Pertama, bagi orang yang telah wafat, dia tetap berguna karena hidupnya bermanfaat, saat mati ilmunya masih digunakan, sedekah jariyahnya masih mengalir, sehingga mereka diberikan rezeki oleh Allah. Sementara yang kedua dia hidup tetapi tidak berguna, dan hanya mengurusi dirnya. Tidak berguna bagi agama, orang lain, dan negara. Walaupun dia masih hidup, tetapi dianggap sudah mati.

Selanjutnya, Mamah Dedeh mengatakan, hikmah lainnya dari hijrah yakni bertawakal, Rasulullah tetap bertawakal kepada Allah Ta'ala saat bersembunyi dengan Abu Bakar di Gua Tsur saat akan hijrah dari Makkah menuju Madinah. Rasululllah mengatakan kepada Abu Bakar,  'La tahzan, innallaha ma'ana' (Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita).

Ustadzah mengatakan, manusia juga wajib untuk bekerja dan berusaha. Dalam surat Al-Anfal ayat 60 disebutkan, "Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya".

"Enam bulan kemudian ketika perang badar akan berkecamuk, tentara musyrikin Quraisy jumlahnya kurang lebih 1.000, sementara kaum muslim hanya 300. Rasulullah kumpulkan yang akan menjadi tentara nanti berperang, dia bilang musuh 1.000, kita 300, mereka muda-muda, kita sudah tua, sudah beruban, sementara perbekalan mereka banyak, kita sedikit, senjata mereka banyak, senjata kita sedikit, bahwa kita lebih lemah, namun kita berusaha kalian yang sudah rambutnya berwarna putih warnai rambut kalian. Nah mewaranai rambut pada waktu itu diperintakan, berusaha. Jadi kita hidup wajib berusaha," kata Mamah Dedeh.

Di samping itu, Mamah Dedeh mengatakan, umat islam juga wajib untuk berdoa. Saat perang akan berkecamuk, Rasulullah juga berdoa meminta pertolongan kepada Allah Ta'ala. Doa Rasulullah pada saat itu langsung dikabulkan.

"Ini lah sekelumit dari pada hikmah hijrah tahun baru hijrah 1443. Kita jangan khawatir walaupun masuk tahun baru dengan pandemi corona yang sudah hampir dua tahun, maka kita masing-masing koreksi diri. Silahkan lihat surat Asy-Syura ayat 30, musibah yang menimpa karena kesalahan kalian, jadi kita minta kepada Allah, agar dosa diampuni. Mudah-mudahan hidup kita di 1443 lebih baik dari pada di tahun kemaren, banyak bertaubat banyak mohon ampun," ucap Mamah Dedeh.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement