Selasa 10 Aug 2021 00:05 WIB

Australia Berpaling dari China ke India

India dianggap sebagai mitra dagang yang tepat bagi Australia.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Australia Scott Morrison.
Foto: ap/Lukas Coch/AAP Image
Perdana Menteri Australia Scott Morrison.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Utusan khusus Australia dan mantan Perdana Menteri Tony Abbott mengatakan perjanjian perdagangan bebas antara negaranya dan India akan menandakan perpindahan halian dari China. Abbott mengunjungi New Delhi pekan lalu untuk memberikan prioritas untuk membuat kesepakatan perdagangan bilateral.

Dalam sebuah opini yang diterbitkan di surat kabar The Australian pada Senin (9/8), Abbott mengatakan jawaban untuk hampir setiap pertanyaan tentang China adalah India. "Dengan negara adidaya lain yang muncul di dunia menjadi lebih agresif hampir dari hari ke hari, demi kepentingan semua orang India mengambil tempat yang semestinya di antara negara-negara secepat mungkin," katanya.

Baca Juga

Menurut Abbott, kesepakatan perdagangan adalah tentang politik dan juga ekonomi. Kesepakatan cepat antara India dan Australia akan menjadi tanda penting peralihan dunia demokrasi dari China. "Serta meningkatkan kemakmuran jangka panjang kedua negara kita,” ujarnya.

Abbott adalah perdana menteri Australia ketika Beijing dan Canberra menyelesaikan kesepakatan perdagangan bebas bilateral yang mulai berlaku pada 2015. Dia juga menjadi tuan rumah kunjungan kenegaraan oleh Presiden China Xi Jinping setahun sebelumnya.

Hubungan keduanya memburuk karena berbagai masalah, termasuk sikap Australia yang melarang raksasa telekomunikasi Cina, Huawei, dari proyek infrastruktur komunikasi besar. Ditambah lagi melarang campur tangan asing terselubung dalam politik Australia dan menyerukan penyelidikan independen terhadap asal usul pandemi Covid-19.

Abbott menuduh Beijing melakukan boikot yang berubah-ubah terhadap ekspor Australia termasuk batu bara, jelai, anggur, dan makanan laut. Keputusan itu menunjukkan penggunaan perdagangan oleh China sebagai senjata strategis.

Baca juga : Studi: Antibodi Penyintas Covid-19 Tetap Stabil 7 Bulan

"Masalah dasarnya adalah bahwa kekuatan China yang menakutkan adalah konsekuensi dari keputusan dunia bebas untuk mengundang kediktatoran komunis ke dalam jaringan perdagangan global," kata Abbott.

Menurut Abbott, China telah mengeksploitasi niat baik dan angan-angan Barat untuk mencuri teknologi dan melemahkan industri. Dalam prosesnya, China menjadi pesaing yang jauh lebih kuat daripada Uni Soviet lama, karena sekarang ini menjadi ekonomi kelas satu yang dengan cepat mengembangkan militer.

Negosiasi antara India dan Australia tentang Perjanjian Kerjasama Ekonomi Komprehensif dimulai pada 2011 tetapi dihentikan pada 2015. Tuntutan New Delhi untuk visa yang tidak terlalu ketat bagi pekerja dari negaranya adalah masalah utama bagi Canberra.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement