Senin 09 Aug 2021 22:12 WIB

700 RS Siaga Meski BOR Turun, Antisipasi Lonjakan Terulang

BOR di rumah sakit swasta yang menangani Covid-19 kini menurun.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Mas Alamil Huda
Sejumlah pasien menjalani perawatan di tenda darurat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dumai, Riau, beberapa waktu lalu. Tingkat keterisian tempat tidur (BOR) di rumah sakit tersebut sudah mencapai 100 persen karena ditempati oleh pasien Covid-19 sehingga pasien yang memiliki riwayat penyakit lain dirawat di tenda darurat agar tidak terinfeksi.
Foto: ANTARA/Aswaddy Hamid
Sejumlah pasien menjalani perawatan di tenda darurat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dumai, Riau, beberapa waktu lalu. Tingkat keterisian tempat tidur (BOR) di rumah sakit tersebut sudah mencapai 100 persen karena ditempati oleh pasien Covid-19 sehingga pasien yang memiliki riwayat penyakit lain dirawat di tenda darurat agar tidak terinfeksi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus Covid-19 di Jawa-Bali menunjukkan penurunan usai diterapkannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 dan level 4. Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) mengakui keterisian tempat tidur (BOR) di rumah sakit swasta yang menangani Covid-19 kini menurun.

"Alhamdulilah bersyukur pasien Covid-19 yang dirawat isolasi dan ICU relatif menurun sekarang. Mungkin BOR di ruang isolasi antara 55 hingga 60 persen dan ruang intensif (ICU) sekitar 65 persen," ujar Sekjen Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Iing Ichsan Hanafi saat dihubungi Republika.co.id, Senin (9/8).

Meski organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) menetapkan BOR sekitar 60 persen, Ichsan mengakui PPKM level 3 dan 4 telah berdampak pada penurunan terisinya tempat tidur pasien Covid-19 di RS non-pemerintah. ARSSI melihatnya dari pasien yang dirawat di fasilitas kesehatan swasta yang turun.

Ichsan menyebutkan, rumah sakit swasta yang menangani Covid-19 secara nasional sekitar 700-an. Kasus Covid-19 yang berkurang diakuinya membuat ketersediaan oksigen di RS swasta untuk merawat pasien Covid-19 kini sudah aman. "Tetapi RS swasta harus antisipasi kalau suatu saat oksigen dibutuhkan. Obat juga aman namun harus diantisipasi juga," ujarnya.

Dia menambahkan, ARSSI belum mengirimkan surat imbauan mengenai masalah ini. Tetapi di beberapa forum, ARSSI telah meminta RS swasta supaya antisipasi persiapan oksigen medis. Ia meminta RS non-pemerintah tetap mengevaluasi oksigen medis karena beberapa waktu lalu sempat mengalami kekurangan pasokan.

Jadi, ARSSI meminta RS swasta harus mengantisipasinya dan mencari alternatif kalau misalnya suatu saat lonjakan kasus Covid-19 kembali terjadi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement