REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) memeriksa ulang dokumen-dokumen rahasia mengenai serangan al-Qaeda pada 11 September 2001. Langkah ini dilakukan sebelum memberikan lebih banyak informasi ke publik.
Dalam pernyataannya di Gedung Putih, Presiden AS Joe Biden menyambut baik langkah tersebut. Kebijakan ini diambil setelah keluarga hampir 3.000 korban 9/11 menuntut undang-undang Biden.
"Seperti yang saya janjikan di kampanye, pemerintah saya berkomitmen untuk memastikan transparasi dilakukan hingga titik maksimal sesuai undang-undang dan mematuhi pedoman ketat yang dikeluarkan pemerintahan Obama-Biden mengenai tuntutan hak istimewa rahasia negara," kata Biden dalam pernyataannya seperti dikutip dari Aljazirah, Selasa (10/8).
"Dalam hal ini, saya menyambut baik pengajuan Departemen Kehakiman hari ini, yang berkomitmen melakukan peninjauan terbaru pada dokumen-dokumen yang pemerintah sebelumnya masukan sebagai hak istimewa, dan dilakukan secepat mungkin," tambahnya.
Menjelang 20 tahun peristiwa serangan 9/11 keluarga korban menekan pemerintah Biden untuk mengungkapkan dokumen-dokumen rahasia pemerintah. Keluarga korban yakin pemimpin-pemimpin Arab Saudi mendukung serangan tersebut.
Bersama petugas keselamatan dan penyintas 9/11, pada Jumat (6/8) lalu keluarga korban mengirimkan surat ke Biden. Mereka meminta presiden tidak perlu menghadiri upacara peringatan peristiwa itu tahun ini kecuali ia merilis dokumen-dokumen rahasia pemerintah.
"Sejak kesimpulan Komisi 9/11 membuat kesimpulan pada 2004, banyak penyelidikan yang membuktikan pejabat pemerintah Arab Saudi mendukung serangan tersebut," kata surat tersebut.
"Setelah melalui beberapa pemerintah, Departemen Kehakiman dan FBI aktif menjaga informasi ini tetap rahasia dan mencegah rakyat Amerika mengetahui kebenaran penuh mengenai serangan 9/11," tambah keluarga korban dalam surat itu.
Sekitar 1.700 orang yang terdampak langsung serangan 11 September menandatangani surat tersebut. Arab Saudi bersikeras tidak berperan dalam serangan tersebut.
Sudah lama keluarga korban 11 September meminta pemerintah AS mengeluarkan dokumen yang akan menjawab apakah Arab Saudi membantu atau membiayai 19 orang anggota al-Qaeda melakukan serangan tersebut.
"Kami mengapresiasi Presiden Biden mengakui keluarga kami hari ini saat kami menuntut keadilan dan pertanggungjawaban Kerajaan Arab Saudi. Namun sayangnya sebelumnya kami sudah mendengar banyak janji kosong," kata putra salah satu korban 9/11, Brett Eagleson.
Anggota al-Qaeda menabrakkan tiga pesawat komersial ke menara kembar World Trade Center di New York dan ke Pentagon di luar Washington DC.Pesawat keempat yang diyakini mengincar Capitol Hill jatuh di Pennsylvania. Hampir 3.000 orang tewas akibat serangan tersebut.
Pada 6 Agustus lalu juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan beberapa pekan terakhir pejabat Gedung Putih mewakili keluarga korban 11 September bertemu dengan al-Qaeda. Mereka membahas mengenai dokumen yang minta keluarga korban.