REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - China dan Rusia pada Senin menggelar latihan militer gabungan, dan Beijing mengatakan latihan itu "membuktikan persahabatan yang solid dari kedua militer di luar batas Covid-19".

Latihan militer Zapad/Interaction-2021 juga menunjukkan “tampilan baru latihan militer yang dilakukan oleh negara-negara besar di era baru,” kata Kementerian Pertahanan China dalam sebuah pernyataan.

Perwira militer senior menghadiri upacara pembukaan latihan itu di pangkalan pelatihan taktis gabungan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) di kota Qingtongxia di Daerah Otonomi Ningxia Hui barat.

“Latihan ini bertujuan untuk memperluas kedalaman upaya kontraterorisme bersama militer China dan Rusia dan menunjukkan tekad yang kuat dan kemampuan yang kuat dari kedua belah pihak untuk bersama-sama menjaga perdamaian dan keamanan internasional dan regional,” tutur pernyataan itu.

Latihan ini juga menandai “kemitraan strategis komprehensif kedua negara, rasa saling percaya strategis, dan pertukaran dan kerja sama pragmatis di era baru”.

Lebih dari 10.000 personel, berbagai jenis pesawat, senjata artileri, dan peralatan lapis baja akan hadir dalam latihan “menguji pengintaian bersama, peringatan dini, serangan informasi elektronik, dan kemampuan serangan gabungan”.

Tahap pertama latihan militer akan “difokuskan pada penilaian, konsultasi, pengambilan keputusan dan kapasitas koordinasi komando bersama, sedangkan tahap kedua pada pelatihan operasi gabungan, seperti melakukan penyergapan, menghancurkan sistem operasi musuh, dan memusnahkan sisa-sisa pasukan musuh, tambah pernyataan itu.

Ikuti Whatsapp Channel Republika