Selasa 10 Aug 2021 19:17 WIB

Dua Tolok Ukur untuk Menakar Tingkat Kesalehan Anak

Kasalehan anak merupakan dambaan semua orang tua

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Kasalehan anak merupakan dambaan semua orang tua. Sholat / Ilustrasi
Foto: banguntopo/Republika
Kasalehan anak merupakan dambaan semua orang tua. Sholat / Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, – Setiap orang orang tua pasti menginginkan anak yang saleh. Bahkan, Nabi Ibrahim juga berdoa kepada Allah SWT untuk diberikan anak yang saleh dan Allah SWT mengabulkannya. Doa Nabi Ibrahim ini direkam dalam Alquran: 

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.” (QS As Saffat 100)

Baca Juga

Setidaknya ada dua tolak ukur kesalahan seorang anak. Pertama, yaitu selalu taat kepada Allah SWT, dan ketaatan tersebut diwujudkan dengan melakukan semua perintah Allah, dan menghindari apa yang dilarang Allah. Karena itu, dalam Alquran Allah berfirman: 

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا قُوۡۤا اَنۡفُسَكُمۡ وَاَهۡلِيۡكُمۡ نَارًا “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS At Tahrim 6).

Ali bin Abi Thalib juga berpesan kepada para orang tua untuk mengajari dan mendisiplinkan anak-anak mereka. Barangsiapa yang lalai mengajari anaknya, maka dia telah berbuat kerusakan yang sangat besar, dan kebanyakan kerusakan anak-anak itu berasal dari para ayah. Karena, para ayah lalai mengajari anak-anaknya tentang agama.

Di dalam Alquran, seorang anak diperintah untuk selalu berbuat baik kepada kedua orangnya agar menjadi anak yang saleh. Allah SWT berfirman: 

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا “Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya.” (QS Al Ankabut 8).

Terkait hal ini, ada sebuah riwayat yang menceritakan seorang ayah yang menyeret putranya untuk dihadapkan kepada Amirul Mukminin, Umar bin Khattab. Orang tua itu mengadukan kelakuan putranya yang tak mau menghormati dan durhaka padanya. "Mohon nasihati dia, wahai Amirul mukminin!" kata orang tua itu.

Umar lalu menasihati anak lelaki itu. "Apa kamu tak takut kepada Tuhan-mu sebab ridha-Nya tergantung ridha orang tuamu." Tak disangka-sangka anak itu berbalik tanya: "Wahai Khalifah! Apa di samping terdapat perintah anak berbakti kepada orang tua, terdapat juga ajaran orang tua bertanggung jawab kepada anaknya?".

Umar bin Khattab menjawab, "Ya, benar ada! Seharusnya seorang ayah menyenangkan dan mencukupi nafkah istri sekaligus ibu dari putra-putrinya, memberikan nama yang baik kepada putra-putrinya, serta mengajari putra-putrinya Alquran dan ajaran agama lainnya."

Mendengar penjelasan Amirul Mukminin, anak laki-laki itu membalas, "Jika demikian, bagaimana aku berbakti kepada ayahku? Demi Allah, ayahku tak sayang kepada ibuku yang diperlakukan tak ubahnya seorang hamba sahaya. Sekali-kalinya dia mengeluarkan uang untuk ibuku, sebanyak 400 dirham untuk menebus ibuku. Dia juga tak menamaiku dengan nama yang baik: Aku dinamai ayahku dengan nama "Juala" (Jadian). Dia juga tak mengajariku mengaji, satu ayat pun!"

Maka, Amirul Mukminin berpaling kepada laki-laki itu dan berkata kepadanya, “Kamu datang kepadaku untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, dan kamu mendurhakainya sebelum dia mendurhakaimu, dan kamu melecehkannya sebelum dia menyinggungmu.”

Tolak ukur yang kedua, yaitu sholat. Karena, sholat merupakan cerminan anak yang taat kepada orang tua. Anak yang saleh tidak boleh menimbulkan kemarahan orang tua. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda: 

مَنْ أَصْبَحَ مُطِيعًا لِلَّهِ فِي وَالِدَيْهِ، أَصْبَحَ لَهُ بَابَانِ مَفْتُوحَانِ مِنَ الْجَنَّةِ، وَإِنْ كَانَ وَاحِدًا فَوَاحِدًا، وَمَنْ أَمْسَى عَاصِيًا لِلَّهِ فِي وَالِدَيْهِ أَصْبَحَ لَهُ بَابَانِ مَفْتُوحَانِ مِنَ النَّارِ، إِنْ كَانَ وَاحِدًا فَوَاحِدًا " قَالَ رَجُلٌ: وَإِنْ ظَلَمَاهُ؟ قَالَ: " وَإِنْ ظَلَمَاهُ، وَإِنْ ظَلَمَاهُ، وَإِنْ ظَلَمَاهُ

 “Barangsiapa yang taat kepada kepada kedua orangtuanya maka menjadi terbukalah dua pintu di surga. Jika dia taat hanya kepada salah satunya maka satu pintu pula yang terbuka. Dan, barangsiapa yang durhaka kepada Allah dengan mendurhakai kedua orangtuanya maka terbukalah dua pintu di neraka. Jika dia durhaka hanya kepada salah satunya maka satu pintu pula yang terbuka.”

Seseorang lalu bertanya, “Sekalipun kedua orangtuanya telah menzaliminya?” Maka dijawab, “Ya, sekalipun keduanya telah menzaliminya. Sekalipun keduanya telah menzaliminya. Sekalipun keduanya telah menzaliminya.” (hadits marfu’ dalam Syu’abul Iman karangan Imam Al Baihaqi)

Itulah sebabnya para ulama mengatakan bahwa taat kepada orang tua adalah wajib selama tidak disuruh untuk melakukan perbuatan dosa. Melanggar perintah orang tua adalah kemaksiatan. Karena, ketaatan kepada orang tua adalah salah satu dari ketaatan kepada Tuhan Yang Maha-Esa.    

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement