Rabu 11 Aug 2021 05:55 WIB

Penjelasan Ustadz Firanda Soal Kitab Suci Agama Bahai

Agama Bahai mempunyai kitab suci tersendiri yaitu Al-Aqdas dan Al-Bayan

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Agama Bahai mempunyai kitab suci tersendiri yaitu Al-Aqdas dan Al-Bayan. Bahai (ilustrasi)
Foto: [ist]
Agama Bahai mempunyai kitab suci tersendiri yaitu Al-Aqdas dan Al-Bayan. Bahai (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, – Agama Bahai  memiliki kitab suci yang diberi nama Al-Aqdas, kitab tersebut disebut tersuci daripada kitab-kitab sebelumnya yang pernah diturunkan. 

Hal ini disampaikan Ustadz alumni Universitas Islam Madinah, Dr  Firanda Andirja, MA lewat kajian di akun Youtube resmi miliknya. "Mirza Husain mengaku diberi wahyu oleh Allah SWT, kitab suci yang namanya Al-Aqdas, artinya tersuci, terpaling suci. 

Baca Juga

Kesuciannya mengalahkan kitab-kitab sebelumnya, Alquran, Taurat, Injil, Zabur semua kalah dengan Al-Aqdas," kata Ustadz.

Ustadz menjelaskan, Bahai merujuk kepada Mirza Husein Ali Al Mazandarony. Dia menggelari dirinya dengan Al Baha (Bahaullah). Baha yang dimaksud yakni keindahan (penampakan keindahan Allah). 

Inilah korelasi dan alasan disebut Bahaiyyah. Mirza Husein Ali Al Mazandarony lahir di Iran pada 1817 dan wafat pada 1892, dia hidup dengan usia mencapai 75 tahun. Mirza Husein berasal dari keluarga yang dekat dengan orang-orang Rusia.

Ustadz melanjutkan, sekte al-Bahai yyah membangun pemikirannya di atas sekte Al-Babiyyah. Sementara Al-Babiyyah nisbah kepada Ali Muhammad As-Syairazy. 

Dia menggelari dirinya sebagai Al-Bab (pintu), yang artinya perantara Imam Mahdi (versi Syiah). Kemudian mengaku naik pangkat sebagai Imam Mahdi, lalu mengaku sebagai orang yang diberi wahyu dari Allah (Nabi). Di samping itu, kitab suci Al Babiyyah disebut dengan Al-Bayan. 

"Dalam kitab suci Al Bahaiyyah yaitu al-Aqdas sering menukil di Al-Bayan. Kitab suci (dari) Asyairazy yang orang Iran, tetapi dia berbahasa Arab, dan banyak yang membahasnya, tetapi di antara ulama yang membahasnya Al-Babiyyah adalah Ihsan Ilahi Zhahir. Kitab itu dikritik Ihsan Ilahi Zhahir, kesalahan-kesalahan nahwu, dia nggak tau fail harus marfu (dibaca rafa atau dhammah), dia bikin fail dalam bentuk manshub (dibaca nashab atau fathah)," ucap Ustadz Firanda.

Ustadz mengungkapan, kitab Al-Bayan memiliki bahasa arab yang kacau, pada saat itu pengikutnya banyak dari orang-orang Iran yang tidak mengerti bahasa Arab. 

Namun lama kelamaan kitab tersebut sampai kepada orang Arab, disebutkan bahwa kitab tersebut dibuat  orang yang tidak mengetahui bahasa arab. "Ngaku diturunkan dari Allah dengan bahasa Arab, ternyata bahasa Arabnya kacau," kata Ustadz.

Kemudian Ustadz menjelaskan, ketika Ali Muhammad Asyairazy akan meninggal dia memiliki 18 orang spesial yang ditugaskan untuk mendakwahkan keyakinannya. 

Pada saat itu Mirza Husein Ali Al Mazandarony sudah masuk ke dalam sekte Al-Babiyyah. Namun dia tidak termasuk dalam 18 orang spesial, melainkan saudaranya, Al Mirza Yahya Ali Al Mazandarony yang masuk ke dalam orang pilihan.

Mirza Husein merasa cemburu dan berusaha masuk ke dalam kepemimpinan. Dia masuk ke dalam muktamar, dan akhirnya memegang kekuasaan. Padahal Ali Muhammad Asyairazy tidak pernah mewariskannya kepada Mirza Husein. 

Banyak buku Al Babiyyah yang diambil Mirza Husein dan disembunyikan, supaya tidak terbongkar bahwa yang akan melanjutkan Al Babiyyah adalah Mirza Yahya bukan Mirza Husein.

"Terkadang kita repot berbicara tentang sekte kalau tidak punya literatur mereka. (Tapi) Al-Bayan literaturnya ada, al-Aqdas ada, unduh di internet itu ada, kitab kecil cuma dicetak 52 halaman, yang kalau saya undung 112 halaman. Kalau Alquran panjang, penuh, kalau itu cuma sedikit-sedikit saja. Kitab kecil dibaca sebentar selesai," kata Ustadz.

"Dia mengatakan kitab suci ini telah (menurut mereka) memansukh(membatalkan)kan seluruh kitab-kitab sebelumnya. Semua syariat mansukh tidak berlaku lagi. 

Kecuali yang di Al-Bayan, kitab suci sebelumnya, Al-Bayan sebagian dimansukhkan, contoh, Al-Bayan zina diperbolehkan asal laki-laki dan perempuan ridha tidak masalah. 

Dimansukhkan Al-Aqdas ada syarat kedua, ridha ibu-bapak baru halal, ditambah syaratnya, berubah peraturan. Inilah gambaran sederhana al-Bahaiyyah, yang meyakini Mirza Husein adalah Baha, penampakkan Allah SWT," lanjut Ustadz. Ustadz menukilkan hadits Rasulullah SAW bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبًا مِنْ ثَلَاثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ "Tidak akan datang hari kiamat sehingga dibangkitkan pembohong- pembohong besar yang jumlahnya mendekati 30 orang, masing-masing mengaku sebagai utusan Allah." (HR Bukhari).   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement