REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sedikitnya 30 mahasiswa asal Indonesia di Nanjing, Cina terkunci di dalam kampus selama musim libur akhir semester. Sejak varian Delta muncul di ibu kota Provinsi Nanjing pada 20 Juli lalu, penjagaan di kampus sangat ketat sehingga para mahasiswa itu tidak bisa mengisi liburan akhir semester.
"Sudah hampir sebulan ini kami sangat dibatasi. Sejak ada varian Delta kami tidak boleh keluar dari area kampus," kata Mahmud Yunus, mahasiswa Jiangsu Institute of Commerce, Nanjing, Rabu (11/8).
Mahasiswa asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan itu mengatakan, selama penguncian, kantin dan swalayan di kampus dibuka meskipun tidak ada kegiatan perkuliahan. Persediaan kebutuhan sehari-hari pun tercukupi. "Jadi, kami bisa beli kapan saja," kata Yunus.
Para mahasiswa yang masih bertahan di dalam asrama kampus itu setiap dua hari sekali menjalani tes PCR sama dengan warga yang tinggal di seluruh wilayah Kota Nanjing. Yunus mengaku sudah dites PCR enam kali. "Tidak tahu sampai kapan tes ini akan berakhir," ujarnya.
Sementara itu, Atase Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi KBRI Beijing, Yaya Sutarya mengaku tidak khawatir dengan kondisi para pelajar asal Indonesia yang masih bertahan di berbagai daerah di Cina. "Mereka semua sudah divakisin. Kami terus memantau keadaan mereka secara berkala," ujarnya.
Saat ini, jumlah pelajar asal Indonesia di China sekitar 1.400 orang. Pada Ahad (8/8), untuk pertama kalinya dalam tiga pekan terakhir di Nanjing tidak ditemukan kasus baru Covid-19 varian Delta. Walau begitu, otoritas kesehatan setempat belum akan melonggarkan tindakan anti epidemi sejak ditemukan kasus positif varian Delta di Bandar Udara Internasional Lukou di Nanjing pada 20 Juli lalu.