Rabu 11 Aug 2021 10:55 WIB

PB IDI Minta Kasus Vaksin Kosong Diselidiki dengan Jelas

Penyuntik vaksin kosong mengaku lalai karena telah suntik banyak orang.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Ilham Tirta
Viral disuntik vaksinasi tapi kosong.
Foto: istimewa/viral medsos
Viral disuntik vaksinasi tapi kosong.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban menanggapi tenaga kesehatan (nakes) yang diduga menyuntikkan vaksin kosong kepada satu remaja di Penjaringan, Jakarta Utara. Menurutnya, hal tersebut harus diselidiki dan dicari tahu apa alasan nakes melakukan itu.

"Menyuntik vaksin kosong di Pluit adalah peristiwa serius. Harus diselidiki dengan jelas mengapa relawan nakes itu melakukan suntikan palsu. Apakah kelelahan, atau kemungkinan motif lain, seperti penimbunan vaksin atau memang sistem kontrolnya yang tidak jalan?" katanya dalam cuitan di akun Twitter miliknya, Rabu (11/8).

Ia mengaku penasaran dengan jumlah suntikan palsu nakes tersebut dalam satu hari, yaitu 599 orang. Jika proses satu penyuntikan adalah 5 menit, maka butuh 2.995 menit atau hampir 50 jam. Pasti nakesnya kelelahan melakukan 500-an suntikan hanya dalam satu hari.

"Yang harus jadi perhatian, bagaimana jika peristiwa ini tidak terjadi di satu tempat saja. Kami harusnya juga mencari, sebenarnya berapa banyak orang yang mendapat suntikan-suntikan vaksin kosong itu. Sehingga kami bisa tahu jumlah riil yang belum terproteksi vaksin," kata dia.

Ia menambahkan, terdapat dampak menyuntik vaksin kosong kepada seseorang, yaitu kemungkinan bisa menyebabkan nyeri tapi sedikit. Prinsipnya, injeksi intramuskular (otot) harus dilakukan tenaga profesional, karena ada risiko yang menyertai. Gelembung udara suntikan kosong itu masuk ke otot dan orang tersebut merasa nyeri.

"Namun, tetap saja orang yang disuntik vaksin kosong ini harus dipantau. Baiknya, mereka diperiksa kembali satu sampai empat hari kemudian setelah disuntik palsu itu. Meskipun kemungkinan dampaknya tidak akan terlalu buruk juga jika suntikan kosong itu masuk ke otot," kata dia.

Ia mengimbau masyarakat agar memastikan divaksinasi dengan benar. Berikut tahapan-tahapannya, yaitu vaksin harus dikeluarkan dari botol di depan penerima vaksin. Lalu, nakes menunjukkan dosis sebelum menyuntik.

"Jika memungkinkan, penerima vaksin harus melihat apakah nakes itu benar-benar memasukkan vaksin. Minta diperlihatkan jarum suntik kosong setelah penyuntikan," kata dia.

Polisi menetapkan seorang vaksinator berinisial EO sebagai tersangka dalam kasus penyuntikan vaksin kosong kepada satu remaja di Penjaringan, Jakarta Utara. Peristiwa itu terjadi setelah EO memvaksin ratusan orang. Polisi menyimpulkan vaksinator itu lalai.

"Hari itu saya (menyuntikkan) vaksin ke 599 orang," kata EO di Markas Polres Metro Jakarta Utara, Selasa (10/8).

Sembari menangis, EO menyampaikan permohonan maaf kepada remaja pria yang mendapat vaksin kosong dan orang tuanya. "Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya tidak ada niat apa pun. Saya murni ingin membantu menjadi relawan untuk memberikan vaksin," kata dia.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan, EO lalai dalam bekerja sebagai vaksinator. Lantaran sudah memvaksin ratusan orang, dia tidak memeriksa lagi alat suntiknya apakah sudah terisi vaksin atau belum.

"Yang bersangkutan sudah memvaksin hari itu sekitar 599 orang dan dia merasa lalai. Dia tidak periksa lagi (alat suntiknya)," ujar Yusri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement