REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memilih konsep sejumlah holding BUMN ketimbang membentuk satu super holding. Kata Erick, setiap holding harus memiliki rantai pasok yang terintegrasi.
Sebagai langkah awal, Erick merampingkan jumlah klaster BUMN, dari 27 klaster menjadi tinggal 12 klaster. "Contoh klaster kesehatan yang tadinya Bio Farma, Kimia Farma, Indofarma, dan rumah sakit (RS) BUMN berbeda grup kini kita satukan," ujar Erick saat Live Instagram pada Rabu (11/8).
Erick pun mengubah stategi fokus bisnis masing-masing BUMN. Erick menugaskan Bio Farma fokus pada pengadaan, produksi, dan pengembangan vaksin. Sementara Kimia Farma dan Indo Farma fokus pada produksi obat-obatan kimia dan herbal.
"Kemudian tetap harus ada rantai pasoknya yaitu RS, supaya herbal nanti bisa gunakan di RS. Jangan kalah dengan China dan India yang terus meningkatkan herbal dan tidak bergantung pada kimia," ucap Erick.
Pun dengan sektor energi. Erick menggabungkan PLN dan Pertamina dalam satu klaster. Erick menyebut ketersediaan minyak lambat laun akan terkikis, pun dengan listrik batubara yang bakal tergantikan oleh energi baru terbarukan (EBT).
Hal ini yang mendasari Erick membentuk holding panas bumi yang terdiri atas Pertamina dan PLN sebagai upaya mewujudkan penggunaan EBT ke depan.
"Kalau geotermal kita gabungkan, ini akan menjadi perusahaan geotermal terbesar di dunia, ini transformasi yang kita lakukan. Begitu juga dengan BUMN-BUMN karya yang tidak berdiri sendiri tapi berdasarkan rantai pasok," kata Erick menambahkan.