Rabu 11 Aug 2021 20:36 WIB

Soal Super Holding, Ini Jawaban Erick Thohir

Erick ingin holding memiliki rantai pasok terintegrasi.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Erick lebih memilih membentuk holding BUMN ketimbang super holding.
Foto: Republika/Abdan Syakura
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Erick lebih memilih membentuk holding BUMN ketimbang super holding.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memilih konsep sejumlah holding BUMN ketimbang membentuk satu super holding. Kata Erick, setiap holding harus memiliki rantai pasok yang terintegrasi.

Sebagai langkah awal, Erick merampingkan jumlah klaster BUMN, dari 27 klaster menjadi tinggal 12 klaster. "Contoh klaster kesehatan yang tadinya Bio Farma, Kimia Farma, Indofarma, dan rumah sakit (RS) BUMN berbeda grup kini kita satukan," ujar Erick saat Live Instagram pada Rabu (11/8).

Baca Juga

Erick pun mengubah stategi fokus bisnis masing-masing BUMN. Erick menugaskan Bio Farma fokus pada pengadaan, produksi, dan pengembangan vaksin. Sementara Kimia Farma dan Indo Farma fokus pada produksi obat-obatan kimia dan herbal.

"Kemudian tetap harus ada rantai pasoknya yaitu RS, supaya herbal nanti bisa gunakan di RS. Jangan kalah dengan China dan India yang terus meningkatkan herbal dan tidak bergantung pada kimia," ucap Erick.

Pun dengan sektor energi. Erick menggabungkan PLN dan Pertamina dalam satu klaster. Erick menyebut ketersediaan minyak lambat laun akan terkikis, pun dengan listrik batubara yang bakal tergantikan oleh energi baru terbarukan (EBT).

Hal ini yang mendasari Erick membentuk holding panas bumi yang terdiri atas Pertamina dan PLN sebagai upaya mewujudkan penggunaan EBT ke depan.

"Kalau geotermal kita gabungkan, ini akan menjadi perusahaan geotermal terbesar di dunia, ini transformasi yang kita lakukan. Begitu juga dengan BUMN-BUMN karya yang tidak berdiri sendiri tapi berdasarkan rantai pasok," kata Erick menambahkan. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement