REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pegadaian (Persero) mencatat kenaikan nasabah sebesar 21,4 persen dari 15 juta orang pada 30 Juni 2020 menjadi 18 juta orang pada 30 Juni 2021. Penambahan nasabah ini berdampak pada peningkatan omzet bisnis gadai tumbuh 6,1 persen dari Rp 75,57 triliun menjadi Rp 80,18 triliun.
Kenaikan omzet tersebut terdiri dari gadai konvensional naik 5,9 persen dari Rp 64,21 triliun menjadi Rp 67,98 triliun. Sementara gadai syariah naik 7,4 persen dari Rp 11,36 triliun menjadi Rp 12,2 triliun.
Namun demikian kinerja bisnis yang tumbuh positif tersebut tidak serta merta berdampak positif pula pada kinerja keuangan. Berdasarkan laporan keuangan, PT Pegadaian (Persero) melaporkan bahwa jumlah aset per 30 Juni 2021 turun 0,9 persen dari Rp 68,44 triliun per 30 Juni 2020 menjadi Rp 67,8 triliun per 30 Juni 2021.
Sementara pendapatan naik tipis 2,9 persen dari Rp 10,13 triliun menjadi Rp 10,43 triliun. Sedangkan laba bersih turun 15 persen dari Rp 1,53 triliun menjadi Rp 1,3 triliun di semester I tahun ini.
Senior Manager Pemasaran dan Penjualan Unit Usaha Syariah PT Pegadaian, Slamet Hartono mengatakan, kinerja PT Pegadaian secara umum terdampak Covid-19. Hal itu terlihat dari target yang belum tercapai, antara lain rasio pembiayaan bermasalah (NPF) yang meningkat karena masyarakat kehilangan kemampuan untuk pembayaran cicilan. Di sisi lain, Pegadaian juga terus aktif melakukan restrukturisasi.
Maka dari itu, Pegadaian melakukan pergantian fokus pada nasabah-nasabah berpenghasilan tetap. "Kami banyak kerja sama dengan perusahaan, beralih dari business to customer (B2C) menjadi business to business (B2B)," kata Slamet, Rabu (11/8).
Baca juga : Wapres: Digitalisasi Buat UMKM Tetap Bertahan Saat Pandemi