REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamila Andini membuat terobosan dalam sejarah perfilman Indonesia lewat Before, Now & Then. Ini merupakan film pertama yang menggunakan bahasa Sunda dalam keseluruhan dialog.
Film yang juga dikenal dengan judul "Nana" ini terinspirasi dari salah satu bab berjudul "Telur" dari novel otobiografi Jais Darga Namaku karya Ahda Imran. Bab itu mengajak pembaca berkelana jauh ke Limbangan, Garut, di tahun 1947 dan merasakan bagaimana ketegangan yang dialami Raden Nana Sunani saat memilih melarikan diri dari kota kelahirannya daripada harus dipersunting gerombolan.
Kamila mengatakan bahwa ia ingin memakai kisah hidup Nana untuk menggambarkan perempuan Sunda yang berdaulat. Tentu saja, penggunaan bahasa Sunda untuk dialog di sepanjang film akan menggenapi penggambaran itu.
Kamila meyakini bahwa setiap bahasa daerah memiliki keunikan, tekstur, tempo, dan intonasi tersendiri yang berkontribusi pada kedalaman karakter di film.
"Salah satu cara terbaik untuk mengenal seorang karakter dalam film adalah dengan mendengar bagaimana ia berbahasa. Mendengar bahasa ibu karakter tersebut," kata Kamila, saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (11/8).
Penggunaan bahasa Sunda di film Before, Now & Then juga memiliki alasan personal dan emosional bagi Kamila. Sutradara yang memiliki darah Sunda dari Sang Ibu itu juga menjadikan film ini sebagai bukti kecintaan dan apresiasi.
"Bahasa Sunda dalam film ini adalah surat cinta saya untuk ibu dan kedua nenek saya," ucap dia.
Dalam prosesnya, Kamila bekerja sama dengan komunitas bahasa Sunda yang menjadi mentor dialog dalam film ini. Para mentor memiliki latar belakang yang beragam dan lintas disiplin, mulai dari sastrawan, pengajar, seniman, bahkan penulis buku kurikulum bahasa Sunda.