Kamis 12 Aug 2021 12:39 WIB

Apindo Jabar: Vaksinasi Jadi Kunci Pemulihan Ekonomi

Sampai saat ini pemerintah masih berhati-hati dalam memberikan kelonggaran PPKM.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Untuk mendukung percepatan pembentukan kekebalan kelompok (herd immunity), Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat nilai perlu dimassifkan vaksinasi massal untuk semua masyarakat, termasuk para pekerja di kawasan industri. "Vaksinasi itu penting dan utama, serta menjadi kunci bagi pemulihan ekonomi di tengah pandemi," ujar Ketua Apindo Jabar Ning Wahyu Astutik saat berdialog bersama wartawan Bandung secara virtual, Kamis (11/8).

Menurut Ning, sampai saat ini pemerintah masih berhati-hati dalam memberikan kelonggaran atau membuka PPKM. "Pemerintah masih sangat berhati-hati. Itulah kenapa masih ada perpanjangan PPKM dengan ketentuan yang berbeda-beda," katanya.

Ning menjelaskan, pelaku industri yang sudah melakukan vaksinasi berdasarkan data terakhir sudah mencapai 320 ribu karyawan yang ada di perusahaan-perusahaan anggota Apindo Jabar. "Terakhir itu sekitar 320 ribu karyawan ya dari perusahaan-perusahaan anggota kami di 27 kabupaten-kota. Tapi itu masih belum seberapa, karena vaksinasinya masih berlangsung ya. 320 ribu itu masih jauh dibanding jumlah total pegawai di perusahaan anggota Apindo Jabar yang mencapai 2 juta lebih," paparnya.

Menurut Ning, pihaknya siap membantu pemerintah dalam percepatan pemberian vaksinasi, khususnya bagi pekerja dan keluarganya. Meski diakui, masih banyak kendala yang terjadi di lapangan.

Terkait kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Sosial Masyarakat (PPKM) Darurat yang diperpanjang hingga 16 Agustus 2021, Ning mengaku memang berpotensi menambah daftar penggiat ekonomi gulung tikar.

Ning mengatakan, kerumitan saat ini dipastikan jadi ujian berat bagi pelaku usaha menengah maupun level industri besar. "Kalau sektor apa? Masih industri, kalau di usaha menengah itu makanan. Jadi kita tidak bisa membayangkan (kerumitan dampak pandemi) apalagi harus hidup jadi itulah kenapa kita jarus berusaha maksimal," ujar Ning.

Ning mengimbau pelaku ekonomi menengah maupun menengah ke bawah untuk bertransformasi dengan menitiktumpukan kepada kebutuhan dan perubahan kebiasaan masyarakat selama PPKM. Menurutnya, kebiasaan masyarakat yang semakin nyaman di rumah dan rutin memesan makanan dari e-commerce, jadi salahsatu potensi ekonomi menggiurkan.

"Saya melihat tanda bagus di sektor makanan termasuk jasa antar karena bayar di rumah semakin sering dan mereka (konsumen) sekarang jarang masak," katanya.

Selain itu, menurut Ning, potensi kolaborasi pengusaha industri dengan UKM bisa terjadi. "Sekarang membantu UKM, contoh saya mewajibkan karyawan mengenakan batik mega mendung sehingga akan diproduksi oleh masyarakat yang mampu sehingga membantu ekonomi kelas menengah," katanya.

Selain batik, kata dia, kebutuhan sehari - hari untuk industri pun dapat dikolaborasikan dengan UKM. "Bisa disuplai termasuk tisu, sabun cuci, saya mau galakan itu. Contoh, perusahaan dengan luas 56 hektar berapa banyak sapu yang dibutuhkan, itu dari sapu saja, bagaimana kalau dari yang lain," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement