Kamis 12 Aug 2021 13:09 WIB

Kronologi Penganiayaan Diplomat Nigeria Versi Kemenkumham

Diplomat Nigeria disebut tidak mau menunjukkan identitas diri.

Seorang diplomat Nigeria diduga dianiaya petugas Imigrasi di Jakarta Selatan pada Sabtu (7/8).
Foto: Dok Ripples Nigeria
Seorang diplomat Nigeria diduga dianiaya petugas Imigrasi di Jakarta Selatan pada Sabtu (7/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) DKI Jakarta, Ibnu Chuldun menjelaskan dugaan penganiayaan terhadap diplomat asal Nigeria oleh petugas Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Selatan. Ibnu mengatakan, peristiwa itu terjadi pada 7 Agustus 2021 di sebuah apartemen yang berada di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

"Petugas imigrasi melakukan pengawasan dan pengecekan rutin terhadap keabsahan izin tinggal warga negara asing," kata Ibnu di Jakarta, Kamis (12/8).

Ibnu melanjutkan, saat petugas ingin melakukan pemeriksaan dokumen berupa paspor dan kartu identitas, diplomat itu bertindak tidak kooperatif. Karena tidak menunjukkan identitas diri, petugas keimigrasian tidak mengetahui status diplomatik hingga akhirnya dibawa ke Kantor Imigrasi untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

"Dalam perjalanan menuju Kantor Imigrasi, karena tidak mendapat jawaban terkait ke Kantor Imigrasi mana yang bersangkutan menunjukkan kegelisahan dan menunjukkan sikap yang agresif terhadap petugas," kata Ibnu.

Sikap agresif itu menyebabkan seorang petugas Imigrasi mengalami luka bengkak dan berdarah di bagian bibir sebelah kiri yang dibuktikan dengan hasil visum. Petugas kemudian mencoba memegang sang diplomat dan berupaya mencegah kondisi yang memburuk dengan menahan tangan dan kepala. Setibanya di Kantor Imigrasi Jakarta Selatan, Ibrahim baru bersedia menunjukkan

kartu identitasnya.

Baca juga : Kemenlu: Insiden Diplomat tak Ubah Hubungan RI-Nigeria

"Dari kartu identitas ini, yang bersangkutan adalah salah satu pejabat diplomat di Kedutaan Nigeria di Jakarta," ujar Ibnu.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement