REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Otoritas Jasa Keuangan mencatat dalam dua tahun terakhir jumlah warga Sumatera Barat yang berinvestasi saham di pasar modal mengalami kenaikan hingga dua kali lipat."Pada 2019 jumlah SID investor saham di Sumbar hanya 17.501 hingga Juni 2021 naik menjadi 38.040 orang," kata Kepala OJK Sumbar Yusri di Padang, Kamis (12/8).
Ia menyebutkan nilai transaksi saham warga Sumbar hingga Juni 2021 mencapai Rp 1,47 triliun dengan volume transaksi 4.106,96 juta saham dan frekuensi transaksi 378,06 ribu kali. Berdasarkan demografi investor pasar modal tercatat paling banyak di Padang sebanyak 15.322 investor, Kabupaten Tanah Datar 2.903 investor, Kabupaten Agam 2.827 investor, Kota Bukittinggi 2.266 investor dan Kota Solok 2.275 investor.
Tidak hanya berinvestasi lewat saham warga Sumbar juga tercatat menanamkan uang lewat reksa dana sebanyak 71.302 orang, Surat Berharga Negara 3.655 dan efek beragun aset tiga orang.
Sebelumnya Kepala BEI Perwakilan Sumbar Early Saputra menyampaikan ada beberapa hal yang perlu disiapkan jika ingin berinvestasi di pasar modal yakni mind, money, method."Mind yakni konsep utama berfikir, jangan beranggapan kalau berinvestasi di pasar modal pasti bakal cepat kaya dalam waktu singkat," kata dia.
Money, berarti uang yang akan diinvestasikan. Uang harus dikelola dengan manajemen keuangan dan risiko yang baik.
"Jadi jangan sampai punya uang misalnya Rp100 juta lalu dimasukkan ke dalam satu saham saja, hal itu tidak baik, sebaiknya sebagian diinvestasikan ke tempat lain," ujar dia.
Kemudian method, yaitu calon investor perlu menganalisis secara fundamental dan melihat apakah pasarnya layak untuk diinvestasikan atau tidak, menganalisis secara teknikal untuk mengetahui kapan dan di harga berapa ingin membeli dan menjual aset tersebut.
Selain itu investor harus sabar dan disiplin. Seorang investor mesti sabar terhadap perusahaan yang mereka investasikan tapi juga disiplin kalau memang ada tanda-tanda perusahaan itu kinerjanya tidak membaik atau saatnya untuk mengambil untung.