REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pemerintah Afghanistan memutuskan mempersenjatai kelompok-kelompok lokal guna membantu memerangi kelompok Taliban. Langkah tersebut termasuk dalam rencana tiga fase pemerintah mematahkan serangan Taliban.
Menteri Dalam Negeri Afghanistan Jenderal Abdul Satar Mirzakwal mengungkapkan, pemerintah mendukung kelompok sukarelawan lokal yang dikenal sebagai “gerakan pemberontakan”. Dia menyebut pemerintah bekerja dalam tiga fase.
“Pertama menghentikan kekalahan (pasukan pemerintah). Kedua mengumpulkan kembali pasukan kami untuk menciptakan lingkaran keamanan di sekitar kota-kota. Semua prajurit yang meninggalkan posnya, kami membawa mereka kembali ke pos tersebut. Ketiga memulai operasi ofensif,” kata Mirzakwal saat diwawancara Aljazirah pada Rabu (11/8).
Menurut dia, saat ini pemerintah sedang memasuki tahap kedua. Mirzakwal mengatakan, banyak kekalahan yang dialami pasukan pemerintah akibat mereka kehilangan kendali atas jalan raya dan jalan tol. Banyak daerah harus dipasok kembali melalui udara. Sejak Amerika Serikat (AS) memutuskan menarik pasukannya, Pemerintah Afghanistan kehilangan banyak kemampuan dalam hal tersebut.
“Sayangnya, dengan penarikan mereka (pasukan AS), pertempuran dimulai di 400 wilayah negara ini. Kami memiliki dukungan udara yang sangat terbatas, helikopter-helikopter sibuk dengan memindahkan pasokan dan mengevakuasi pasukan kami yang tewas serta terluka,” kata Mirzakwal.
Dia mengatakan pemerintah pusat mendelegasikan kekuasaan kepada para pemimpin lokal untuk merekrut dan mempersenjatai komunitas mereka masing-masing guna memerangi Taliban. “Orang-orang ini telah mengumumkan dukungan penuh mereka kepada presiden dan pemerintah. Mereka akan melawan Taliban bersama pasukan pemerintah,” kata Mirzakwal.
Dia tak menampik, ada kekhawatiran dari komunitas internasional tentang kekuatan pemberontakan saat ini. “Tapi semua anggota mereka pada akhirnya akan bergabung Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan,” ucapnya.
Gubernur Wardak Lawang Faizan mengatakan dia sudah merekrut 300 orang yang bertempur dalam satu kekuatan pemberontakan lokal. Namun dia hanya bisa menyediakan senjata untuk dua pertiga anggota saja. Selebihnya Faizan tidak bisa menyediakan air, apalagi uang atau senjata.
“Selama beberapa bulan terakhir orang-orang menunggu senjata mereka tetapi sayangnya janji yang saya buat kepada orang-orang ini tidak terpenuhi, tetapi tidak ada keraguan dalam kesetiaan dan keinginan mereka untuk membantu,” kata Faizan.
Sejak melancarkan serangan pada Mei lalu, Taliban sudah menguasai sepuluh ibu kota provinsi di Afghanistan. Mereka adalah Ghazni, Fayzabad, Aybak, Qala-e-Nau, Lashkargah, Zaranj, Seheberghan, Kunduz, Taluqa, dan Sar-e-Pul. K