REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI Pusat, Dr KH. Muh. Zaitun Rasmin Lc.MA mengatakan, demi menjaga adab tidak boleh menyebut Nabi Adam telah berbuat dosa karena melanggar perintah Allah (makan buah khuldi). Nabi Adam diturunkan ke bumi setelah makan buah khuldi dan kisahnya diabadikan dalam surah Al-Baqarah.
"Betul (tidak boleh). Sebab apa yang beliau lakukan langsung diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala. Dan sebagai adab atau ahlaq tidak boleh kita menyebut Nabi dengan sebutan berdosa," kata KH Moh Zaitun Rasmin saat diminta pendapatnya tentang larang mengatakan Nabi Adam berdosa
KH Zaitun menyampaikan, memang , Nabi pun bisa terjatuh dalam kesalahan manusiawi. Tapi sama sekali tidak bisa dibilang sebagai berdosa .
"Sebab mereka dijaga Oleh Allah subhanahu wata’ala," ujarnya.
Sementara itu pakar Fiqih Ustaz Ahmad Sarwat Lc. MA mengatakan, terkait tidak boleh mengatakan Nabi Adam berdosa hanya beda sudut pandang dan beda pengistilahan saja sebenarnya. Untuk menegaskan pendapatnya ustadz Ahmad Sarwat mengutip ayat Alquran surah Al-Baqarah ayat 37 yang artinya.
"Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Ustaz Ahmad Sarwat menyampaikan, jika diperhatikan ayat Quran yang menceritakan bagaimana Allah SWT menerima taubat Nabi Adam, pasti kita punya kesan bahwa taubat itu diberikan manakala seseorang telah melakukan perbuatan dosa, bukan?
"Di sisi lain, apakah benar bahwa makna ma'shum itu artinya tidak mungkin berbuat kesalahan?" terang Ustadz Ahmad Sarwat.
Anggaplah kata Ustadz Ahmad Sarwat apa yang dilakukan oleh Nabi Adam itu tidak kita sebut bukan dosa. Terus namanya apa?
Misalnya, ketika Nabi Musa memukul salah seorang dari orang Mesir hingga mati, lalu beliau melarikan diri atau menyelamatkan diri hingga akhirya menikah dengan wanita yang ditolongnya, apakah tidak boleh dibilang kesalahan?
Ketika Nabi Ibrahim sempat menduga bintang, bulan dan matahari sebagai tuhan, apakah itu tidak boleh disebut sebagai kesalahan? Dan ketika Nabi Yunus putus asa dan meninggalkan kaumnya, lalu akhirnya dimakan ikan di laut, apakah itu tidak boleh disebut sebagai kesalahan?
"Kalau bukan kesalahan, lalu kita sebut apa?"