Sabtu 14 Aug 2021 04:58 WIB

China Tolak Seruan WHO Selidiki Lagi Asal-Usul Covid-19

WHO mendesak China membagikan data mentah tentang kasus-kasus awal Covid-19 di Wuhan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Agus Yulianto
 Orang-orang yang memakai masker wajah untuk membantu melindungi diri dari Covid-19 berjalan melalui stasiun kereta bawah tanah pada jam sibuk pagi hari di Beijing, Rabu, 4 Agustus 2021. Wabah virus corona terparah di China sejak awal pandemi satu setengah tahun lalu meningkat pada Rabu dengan lusinan kasus lagi di seluruh negeri, penyegelan satu kota dan hukuman para pemimpin lokalnya. (Ilustrasi)
Foto: AP/Mark Schiefelbein
Orang-orang yang memakai masker wajah untuk membantu melindungi diri dari Covid-19 berjalan melalui stasiun kereta bawah tanah pada jam sibuk pagi hari di Beijing, Rabu, 4 Agustus 2021. Wabah virus corona terparah di China sejak awal pandemi satu setengah tahun lalu meningkat pada Rabu dengan lusinan kasus lagi di seluruh negeri, penyegelan satu kota dan hukuman para pemimpin lokalnya. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China menolak seruan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk melakukan penyelidikan baru tentang asal-usul Covid-19. Beijing menekankan, ia mendukung upaya ilmiah daripada politik atas masalah tersebut.

Pada Kamis (12/8), WHO mendesak China membagikan data mentah tentang kasus-kasus awal Covid-19 di Wuhan. Hal itu dibutuhkan guna menghidupkan kembali penyelidikan tentang asal-usul virus penyebab penyakit tersebut.

China kemudian menyatakan bahwa penyelidikan awal tentang asal-usul Covid-19 yang dilakukan bersama WHO dan para ahli asal negaranya sudah cukup. Beijing menilai, seruan untuk penyerahan data lebih lanjut bermotif politik daripada kepentingan ilmiah.

"Kami menentang penelusuran politik dan mengabaikan laporan bersama yang dikeluarkan setelah kunjungan tim ahli WHO ke Wuhan pada Januari. Kami mendukung penelusuran ilmiah,” kata Wakil Menteri Luar Negeri China Ma Zhaouxu.

Dia menekankan, kesimpulan dan rekomendasi laporan bersama WHO-China diakui oleh komunitas internasional serta komunitas ilmiah. “Pekerjaan penelusuran global di masa depan harus dan hanya dapat dilakukan lebih lanjut berdasarkan laporan ini, daripada memulai yang baru,” ujar Ma.

Pada Maret lalu, WHO merilis hasil penyelidikan tentang asal-usul Covid-19 yang dilakukan bersama para ahli dari China. Mereka menjelaskan skenario paling mungkin terkait rantai penyebaran adalah virus dibawa kelelawar, kemudian ditularkan ke manusia lewat hewan lain. Tim mengusulkan penelitian lebih lanjut di setiap area, kecuali hipotesis kebocoran laboratorium.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus sempat mengatakan penyelidikan asal-usul Covid-19 terhambat oleh kurangnya data mentah pada hari-hari pertama penyebarannya di Wuhan. Terkait hal tersebut, WHO meminta China bekerja sama dan lebih transparan.

“Kami meminta China untuk transparan dan terbuka serta bekerja sama (dalam penyelidikan asal-usul Covid-19). Kita berutang kepada jutaan orang yang menderita dan jutaan orang yang meninggal untuk mengetahui apa yang terjadi,” kata Ghebreyesus dalam konferensi pers pada 15 Juli lalu.

Pada Maret lalu, Ghebreyesus turut meminta tim yang menyelidiki asal-usul pandemi Covid-19 tetap mendalami kemungkinan kebocoran laboratorium sebagai penyebab menyebarnya virus. “Meskipun tim telah menyimpulkan bahwa kebocoran laboratorium adalah hipotesis yang paling kecil kemungkinannya, hal ini memerlukan penyelidikan lebih lanjut, berpotensi dengan misi tambahan yang melibatkan ahli spesialis, yang siap saya kerahkan,” kata Ghebreyesus pada 30 Maret  lalu. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement