REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (13/8) mengatakan mereka tetap berkomitmen untuk melakukan pekerjaan kemanusiaan di negara yang dilanda konflik, termasuk Afghanistan. Juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Jens Laerke, mengatakan PBB telah melakukan pekerjaan kemanusiaan selama beberapa dekade di Afghanistan.
"PBB telah berada di Afghanistan selama 70 tahun dan kami masih di sana. Kami memiliki kehadiran yang sangat besar, sangat dalam di Afghanistan, khususnya di sisi kemanusiaan, di mana kami telah mendukung orang-orang selama empat dekade," ujar Laerke dilansir Anadolu Agency, Sabtu (14/8).
Laerke mengatakan keselamatan personel PBB, baik nasional maupun internasional, akan menjadi perhatian OCHA. "Kami bertekad untuk tinggal dan memberikan bantuan kemanusiaan untuk warga sipil Afghanistan," ujarnya.
Laerke menjelaskan situasi di Afghanistan sangat tidak stabil dan berubah dengan cepat. Setelah beberapa hari terjadi bentrokan hebat, Taliban merebut kota terbesar kedua dan ketiga di Afghanistan yaitu Kandahar dan Herat pada Kamis (12/8).
Menurut angka PBB, lebih dari 1.000 orang tewas ketika Taliban berusaha merebut kota-kota yang dikuasai pemerintah selama sebulan terakhir. Juru bicara PBB di Jenewa, Rheal Leblanc, mengatakan keamanan personel PBB adalah prioritas utama bagi organisasi tersebut.
“Dan kami melakukan segala yang kami bisa untuk menjaga orang-orang kami tetap aman. Negara tuan rumah bertanggung jawab atas keamanan staf PBB di negara tersebut dan di negara mana pun," ujar Leblanc.
Juru bicara Program Pangan Dunia, Tomson Phiri, mengatakan situasi keamanan pangan dan gizi di Afghanistan sangat buruk. Satu dari tiga warga Afghanistan mengalami kekurangan pangan. Sedangkan sekitar dua juta anak membutuhkan perawatan nutrisi. Phiri menerangkan kekeringan telah melanda Afghanistan dalam empat tahun dan hasil panen diproyeksikan berada di bawah rata-rata.
“Kami khawatir gelombang kelaparan yang lebih besar akan segera datang. Bukan rahasia lagi bahwa situasinya telah memburuk dan menjadi semakin tidak dapat diprediksi. Konflik telah meningkat jauh lebih cepat dari yang kita semua perkirakan. Situasi ini memiliki semua ciri bencana kemanusiaan," ujar Phiri.