REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Pemerintah Kanada mengumumkan akan menerima hingga 20 ribu pengungsi Afghanistan, termasuk para pemimpin wanita, pegawai pemerintah. Mereka menghadapi ancaman dari Taliban.
Taliban terpantau maju ke seluruh negeri untuk merebut kota-kota besar. Alhasil, mereka harus mengungsi guna mendapat tempat lebih aman.
"Situasi di Afghanistan memilukan dan Kanada tidak akan tinggal diam," kata Menteri Imigrasi Kanada Marco Mendicino dalam konferensi pers dilansir VoA News pada Sabtu (14/8).
Para pengungsi akan mencakup warga Afghanistan “sangat rentan” yang masih berada di negara tersebut atau yang telah melarikan diri ke negara-negara tetangga. Mereka terdiri dari para pejabat, perempuan, pegawai pemerintah, pembela hak asasi manusia, minoritas yang dianiaya, dan jurnalis.
Beberapa pesawat pencari suaka telah berangkat dengan yang pertama mendarat pada Jumat (13/8) di Toronto. Ketika Taliban maju ke ibu kota, para pejabat mengatakan pasukan khusus Kanada merupakan bagian dari rencana darurat untuk menerbangkan staf Kedutaan Besar Kanada dari Kabul. Namun rincian tidak diberikan karena sifat sensitif dari operasi keamanan.
Sebelumnya, banyak negara termasuk Spanyol, Denmark, Norwegia, dan Belanda mengumumkan penarikan staf dari kedutaan masing-masing di Afghanistan. Kanada mengatakan sedang memantau situasi di Afghanistan dengan cermat dan bekerja dengan sekutunya di lapangan.
"Melindungi Kedutaan Besar Kanada dan staf kami adalah prioritas utama kami," kata Menteri Luar Negeri Marc Garneau.
Di Twitter, Garneau mengatakan Kanada berutang kepada warga Afghanistan. "Kami akan melanjutkan upaya kami untuk membawa mereka ke tempat yang aman," sebut Garneau.