Sabtu 14 Aug 2021 16:51 WIB

Lomba Penulisan BPIP Dianggap tidak Kontekstual

Tema lomba penulisan BPIP jauh dari kondisi pandemi yang sedang terjadi.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Indira Rezkisari
Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay  mengatakan lomba penulisan oleh BPIP dengan tema hormat bendera menurut hukum Islam dan menyanyikan lagu kebangsaan menurut hukum Islam tidak relevan dengan kondisi zaman.
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay mengatakan lomba penulisan oleh BPIP dengan tema hormat bendera menurut hukum Islam dan menyanyikan lagu kebangsaan menurut hukum Islam tidak relevan dengan kondisi zaman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay menanggapi lomba tulis artikel yang diadakan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Ia menilai, lomba tersebut tidak produktif dan tidak kontekstual karena temanya sangat jauh dari kondisi saat ini yang dihadapi Indonesia.

"Lomba itu tidak produktif karena diyakini tidak akan mampu meningkatkan penghayatan dan pengamalan Pancasila. Apalagi temanya sangat jauh dari kondisi kekinian yang dihadapi bangsa Indonesia," katanya, saat dihubungi Republika, Sabtu (14/8).

Baca Juga

Kemudian, ia melanjutkan lomba tersebut bertema hormat bendera menurut hukum Islam dan menyanyikan lagu kebangsaan menurut hukum Islam. Menurutnya, hal itu tidak perlu dan tidak mendesak untuk dibahas. Sebab, sejak zaman perjuangan kemerdekaan, hormat bendera dan lagu kebangsaan tidak pernah dipersoalkan.

"Para ulama dan para santri selalu menjunjung tinggi dan menghormati eksistensi bendera negara dan lagu kebangsaan. Secara metodologis, tidak ada rumusan masalahnya. Kalau tidak ada rumusan masalahnya, apa yang mau ditulis?" kata dia.

Ia menambahkan sebelum ditulis pun orang pasti akan mengetahui kesimpulannya yaitu islam tidak mempermasalahkan hormat bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan. Sebab, itu adalah bagian dari perwujudan cinta Tanah Air. Sementara, cinta Tanah Air adalah bagian dari iman.

Sebagai ideologi negara, ada banyak tema yang lebih tepat untuk diajukan. Bahkan, tema-temanya sangat aktual dengan kondisi kekinian. Ia mencontohkan misalnya, bantuan sosial di era pandemi dalam perspektif pancasila, meneguhkan nilai persatuan dan gotong royong di masa pandemi, akses terhadap pelayanan kesehatan sebagai manifestasi keadilan sosial, mengungkap nilai-nilai spritualitas di balik pandemi Covid-19 dan sebagainya.

Meskipun temanya tidak spesifik menyebut kata santri, tetapi dipastikan kalau para santri sangat menguasai tema-tema tersebut. Tinggal mencari referensi agar bisa diaktualisasikan sesuai dengan tema yang diminta.

"Lagian, tema-tema seperti itu juga sangat relevan dalam upaya pemaknaan dan pembumian nilai-nilai Pancasila. Kalau bikin judul dan tema, jangan terkesan dipersempit untuk menyudutkan kelompok tertentu. Bisa jadi, yang membuat tema tidak merasakan tetapi orang lain justru sangat merasa dan tersinggung," kata dia.

Selain itu, lanjut dia, BPIP sudah sering kali membuat polemik dan hiruk pikuk. Semestinya, hal-hal seperti itu dihindari. Apalagi saat ini semua sedang fokus menghadapi pandemi Covid-19 dengan berbagai varian baru yang lebih agresif. Sudah semestinya, berbagai program kementerian lembaga diarahkan pada upaya mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi.

"Solusi itu bisa bentuknya bantuan fisik. Bisa juga bentuknya pemikiran. Kalau soal hormat bendera dan lagu kebangsaan, ya tidak solutif. Sebab, itu tidak pernah dipersoalkan. Tidak perlu dicarikan solusi. Dengan hal begini BPIP banyak disorot masyarakat. Bahkan, ada yang minta dibubarkan saja," kata dia.

Sebelumnya diketahui, poster terkait informasi lomba ini disampaikan BPIP melalui akun Twitter-nya, Rabu (11/8). Lomba ini diadakan untuk memperingati Hari Santri Nasional. Ada dua tema yang diusung dalam lomba penulisan artikel ini, yaitu Hormat Bendera Menurut Hukum Islam dan Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam. Lomba ini berhadiah total Rp 50 juta.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement