REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) berharap militer Afghanistan melakukan perlawanan terhadap Taliban. Pentagon menekankan bahwa, di atas kertas pasukan pemerintah di Afganistan memiliki keunggulan meskipun mereka menderita kekalahan.
Juru bicara Departemen Pertahanan John Kirby mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat bahwa pasukan Afghanistan memiliki alat untuk mendorong serangan sengit Taliban yang sedang berlangsung.
“Kami ingin melihat kemauan dan kepemimpinan politik, kepemimpinan militer yang dibutuhkan di lapangan. Kami masih ingin melihat itu, dan kami berharap bisa melihatnya," kata Kirby, dilansir Aljazirah, Sabtu (14/8).
“Tetapi apakah itu terjadi atau tidak, apakah itu berhasil atau tidak, itu adalah keputusan Afghanistan," ujar Kirby menambahkan.
Taliban telah merebut ibu kota dari 18 provinsi dalam seminggu, termasuk Herat dan Kandahar yang merupakan kota terbesar ketiga dan kedua di Afghanistan. Taliban juga mulai bergerak mendekati ibu kota Kabul. Kirby mengatakan, pemerintah Afghanistan telah dilengkapi persenjataan yang mumpuni untuk melawan serangan Taliban, meskipun tanpa dukungan tentara Amerika.
“Mereka memiliki jumlah yang lebih besar. Mereka memiliki angkatan udara, angkatan udara yang mumpuni, mereka memiliki peralatan modern, mereka memiliki struktur organisasi, mereka mendapat manfaat dari pelatihan yang telah kami berikan selama 20 tahun. Mereka memiliki materi, fisik, keunggulan nyata dan kini saatnya untuk menggunakan kelebihan itu," ujar Kirby.
Kirby mencatat bahwa, pasukan keamanan kurang memiliki perlawanan terhadap Taliban. Sehingga Taliban dapat menguasai wilayah Afghanistan dengan cepat. Namun Kirby menolak berkomentar tentang prospek Taliban merebut Kabul dalam waktu dekat.
Sebelumnya pada Jumat (13/8) Gedung Putih mengatakan, Presiden Joe Biden, yang sedang berada Camp David telah mendapatkan pengarahan oleh anggota tim keamanan nasional tentang upaya berkelanjutan untuk mengevakuasi warga sipil Afghanistan dengan aman.
Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin melakukan panggilan telepon dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada Kamis (12/8).
"Amerika Serikat tetap berinvestasi dalam keamanan dan stabilitas Afghanistan dalam menghadapi kekerasan oleh Taliban,” kata Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.