Senin 16 Aug 2021 01:53 WIB

Taliban Rebut Kota Jalalabad Afghanistan tanpa Perlawanan

Jalalabad merupakan kota terbesar Afghanistan di timur.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Milisi Taliban berpatroli di dalam kota Ghazni, barat daya Kabul, Afghanistan, Kamis, 12 Agustus 2021.
Foto: AP/Gulabuddin Amiri
Milisi Taliban berpatroli di dalam kota Ghazni, barat daya Kabul, Afghanistan, Kamis, 12 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban merebut kota terbesar Afghanistan di timur, Jalalabad, tanpa perlawanan pada Ahad (15/8) waktu setempat. Kota tersebut berada dekat perbatasan utama dengan Pakistan.

"Tidak ada bentrokan yang terjadi saat ini di Jalalabad karena gubernur telah menyerah kepada Taliban," ujar seorang pejabat di Jalalabad kepada Reuters, Ahad (15/8). "Membiarkan Taliban menguasai adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan warga sipil," ujarnya menambahkan.

Baca Juga

Milisi Taliban mengunggah foto di media sosial pada Ahad pagi yang menunjukkan mereka di kantor gubernur di Jalalabad, ibu kota provinsi Nangarhar. Seorang pejabat keamanan kedua di kota itu mengatakan, Taliban setuju untuk memberikan jalan yang aman kepada pejabat pemerintah dan pasukan keamanan saat mereka meninggalkan Jalalabad. Keputusan untuk menyerah diambil untuk menghindari korban dan kehancuran.

Runtuhnya Jalalabad membuat pemerintah pusat Afghanistan hanya menguasai Kabul dan tujuh ibu kota provinsi lainnya dari 34 negara tersebut. Dalam serangan nasional yang berlangsung lebih dari sepekan, Taliban telah mengalahkan, mengkooptasi atau membuat pasukan keamanan Afghanistan melarikan diri dari petak luas negara, bahkan dengan beberapa dukungan udara oleh militer Amerika Serikat (AS).

Presiden Ashraf Ghani, yang berbicara kepada negara itu Sabtu untuk pertama kalinya sejak serangan dimulai, tampak semakin terisolasi juga. Panglima perang yang bernegosiasi dengannya hanya beberapa hari sebelumnya telah menyerah kepada Taliban atau melarikan diri, meninggalkan Ghani tanpa pilihan militer. Negosiasi yang sedang berlangsung di Qatar, lokasi kantor Taliban, juga gagal menghentikan kemajuan para pemberontak.

Baca juga : 12 Fakta tentang Taliban yang Kembali Kuasai Afghanistan

Dalam pidatonya Sabtu, Ghani bersumpah untuk tidak menyerah pada 'prestasi' 20 tahun sejak invasi pimpinan AS menggulingkan Taliban setelah serangan 9/11. Sementara AS terus mengadakan pembicaraan damai antara pemerintah dan Taliban di Qatar pekan. Begitupun masyarakat internasional telah memperingatkan bahwa pemerintah Taliban yang dibawa dengan paksa akan dijauhi. Tetapi, para pemberontak tampaknya memiliki sedikit minat untuk membuat konsesi saat mereka meraih kemenangan di medan perang.

"Kami telah memulai konsultasi, di dalam pemerintahan dengan para tetua dan pemimpin politik, perwakilan dari berbagai tingkat masyarakat serta sekutu internasional kami," kata Ghani. "Segera hasilnya akan dibagikan kepada Anda," ujarnya tanpa merinci lebih lanjut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement