Senin 16 Aug 2021 00:05 WIB

Studi Jelaskan Alasan Varian Delta Sangat Menular

Para ilmuwan sepakat, varian delta jadi varian yang paling menular di seluruh dunia.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Nora Azizah
Para ilmuwan sepakat, varian delta menjadi varian yang paling menular di seluruh dunia.
Foto: Pixabay
Para ilmuwan sepakat, varian delta menjadi varian yang paling menular di seluruh dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan sepakat, varian delta menjadi varian yang paling menular di seluruh dunia. Berdasarkan studi terbaru yang dilakukan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Provinsi Guangdong, dijelaskan, penyebaran varian delta karena varian tersebut tumbuh lebih cepat di saluran pernapasan manusia.

Dikatakan studi yang terbit daring awal bulan ini, rata-rata yang terinfeksi delta memiliki seribu kali lebih banyak salinan virus di saluran pernapasan mereka. Jumlah yang jauh dari versi aslinya.

Baca Juga

Lebih lanjut, pertumbuhan varian delta membutuhkan rata-rata empat hari untuk mencapai tingkat yang bisa dideteksi. Jumlah hari itu, juga lebih cepat dua hari dari varian yang lain.

Dalam studi tersebut, para ilmuwan menganalisis pasien Covid-19 yang terkena varian delta gelombang pertama di daratan China antara 21 Mei hingga 18 Juni di Guangzhou. Para peneliti mengukur tingkat virus pada 62 orang yang terlibat dalam wabah itu dan membandingkannya dengan tingkat pada 63 pasien yang terinfeksi pada tahun 2020 dengan versi awal virus.

Hasilnya, temuan mereka menunjukkan bahwa orang yang telah tertular varian delta kemungkinan menyebarkan virus lebih awal dalam proses infeksi mereka. 

Tak sampai di sana, para ilmuwan juga menggarisbawahi pentingnya karantina segera selama 14 hari setelah melakukan kontak dengan seseorang yang didiagnosis dengan Covid-19. Hal itu, sejalan dengan apa yang direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.

Menurut direktur CDC AS, Rochelle Walensky, akan lebih baik untuk mencegah varian tersebut dengan mendapatkan vaksinasi lengkap. "Kami tahu bahwa varian delta saat ini melonjak di negara dengan tingkat vaksinasi yang rendah. Kami juga tahu bahwa vaksin resmi mampu mencegah dampak lanjutan penyakit parah, rawat inap, dan kematian akibat varian delta," kata Walensky dikutip Michigan Radio, Ahad (15/8).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement