REPUBLIKA.CO.ID, Dalam ber-Islam haruslah disertai ketulusan niat. Bukan karena ada paksaan dari siapa pun dan bukan juga karena tujuan duniawi.
Mengutip kitab Washiyat Al-Musthafa yang disusun Syekh Abdul Wahab bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Musa Asy Syarani Al Anshari Asy Syafi'i Asy Syadzili Al Mishri atau dikenal sebagai Imam Asy Syaran, Rasulullah SAW mewasiatkan kepada Ali bin Abi Thalib berkaitan dengan ketulusan dalam beragama.
يَا عَلِيُّ، اَلدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ لِلَّهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ “Wahai Ali, agama itu annashihah (ketulusan niat) kepada Allah dan Rasul-Nya dan bagi orang mukmin.”
Makna annasihah di atas bukan berarti mauidzah atau nasihat, pengajaran. Tetapi mengandung makna ketulusan niat.
Maksudnya dalam beragama itu dibangun dengan ketulusan niat orangnya. Seseorang yang beribadah, rukuk, dan sujud, kepada Allah SWT harus dilakukan berdasarkan ketulusan hati. Bukan karena ada motif lainnya seperti ingin dipuji sebagai ahli ibadah.
Baca juga : 8 Kabar Gembira untuk Orang yang Beriman dan Bertakwa
Begitupun halnya seperti bershalawat kepada nabi, benar-benar didasari ketulusan niat mencintai Rasulullah SAW bukan karena hal lain. Sama halnya ketika menjalin persaudaraan dengan sesama Muslim, juga harus dilandasi ketulusan niat karena Allah SWT.