REPUBLIKA.CO.ID, KABUL — Sebanyak lima orang kehilangan nyawa dalam kekacauan di Bandara Kabul, Afghanistan, pada Senin (16/8). Insiden itu terjadi saat tentara Amerika Serikat mengevakuasi staf kedubes usai Taliban merebut Ibu Kota.
Dilansir Reuters, Senin, tak dijelaskan secara gamblang bagaimana lima orang tersebut sampai meninggal dunia. Namun, seorang pejabat AS mengatakan, pasukan telah melepaskan tembakan ke udara untuk mencegah orang-orang yang mencoba memaksa masuk ke penerbangan militer yang akan membawa diplomat dan staf kedutaan AS keluar dari kota tersebut.
Seorang saksi yang sedang menunggu penerbangan keluar selama lebih dari 20 jam mengatakan, tidak jelas apakah kelima korban itu tewas tertembak atau terbunuh karena terinjak-injak. Tiga jasad terlihat tergeletak di dekat pintu masuk sisi bandara, dalam video yang diunggah di media sosial. Akan tetapi, Reuters tidak dapat memverifikasi rekaman tersebut.
Kekacauan itu terjadi ketika para pejabat Taliban menyatakan perang telah berakhir. Pernyataan itu dikeluarkan untuk menenangkan kepanikan yang telah berkembang di Kabul.
Sementara itu, Presiden Ashraf Ghani telah melarikan diri dari negaranya pada Ahad (15/8), ketika Taliban memasuki Kabul hampir tanpa perlawanan. Menurut Ghani, ia melakukannya demi menghindari pertumpahan darah.
Juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan dalam sebuah pesan di Twitter bahwa tentaranya berada di bawah perintah ketat untuk tidak menyakiti siapa pun.
"Hidup, harta, benda dan kehormatan tidak ada yang akan dirugikan tetapi harus dilindungi oleh mujahidin," kata Suhail.