REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menolak untuk mengatakan masih mengakui Ashraf Ghani sebagai presiden Afghanistan, Senin (16/8). Ghani meninggalkan negara itu ketika Taliban menggulingkan pemerintahannya dalam hitungan minggu pada Ahad (15/8).
"Jadi ini adalah sesuatu yang sedang kami kerjakan dengan komunitas internasional," juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menjawab ketika ditanya siapa yang diakui AS sebagai pemimpin Afghanistan.
Dalam sebuah pengarahan, Price juga menolak untuk mengatakan apakah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tahu pada keberadaan presiden itu atau diberitahu oleh Ghani tentang kepergiannya. Blinken sehari sebelumnya telah melakukan panggilan telepon dengan Ghani.
"Situasi politik berkembang sangat cepat. Kami akan menyerahkannya kepada Presiden Ghani untuk menjelaskan apa yang mungkin dia katakan kepada menteri itu. Belum ada transfer kekuasaan secara formal," kata Price.
Ghani merupakan presiden terpilih pertama pada 2014. Dia mengambil alih kekuasaan dari Hamid Karzai yang memimpin Afghanistan setelah invasi pimpinan AS pada 2001.
Baca juga : Taliban Kuasai Afghanistan, JK: AS tak Bisa Perang Gerilya
Ghani mengawasi penyelesaian misi tempur AS, penarikan pasukan asing yang hampir selesai dari negara itu dan perdamaian yang terpecah belah oleh proses pergerakan Taliban. Ghani memulai pembicaraan damai dengan kelompok itu di ibukota Qatar, Doha, pada 2020.