Selasa 17 Aug 2021 08:44 WIB

AS akan Akui Taliban?

Hingga kini belum ada proses transfer kekuasaan di Afghanistan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
 Seorang milisiTaliban duduk di belakang kendaraan dengan senapan mesin di depan gerbang utama menuju istana kepresidenan Afghanistan, di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021.
Foto: AP/Rahmat Gul
Seorang milisiTaliban duduk di belakang kendaraan dengan senapan mesin di depan gerbang utama menuju istana kepresidenan Afghanistan, di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menolak untuk mengatakan masih mengakui Ashraf Ghani sebagai presiden Afghanistan, Senin (16/8). Ghani meninggalkan negara itu ketika Taliban menggulingkan pemerintahannya dalam hitungan minggu pada Ahad (15/8).

"Jadi ini adalah sesuatu yang sedang kami kerjakan dengan komunitas internasional," juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menjawab ketika ditanya siapa yang diakui AS sebagai pemimpin Afghanistan.

Baca Juga

Dalam sebuah pengarahan, Price juga menolak untuk mengatakan apakah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tahu pada keberadaan presiden itu atau diberitahu oleh Ghani tentang kepergiannya. Blinken sehari sebelumnya telah melakukan panggilan telepon dengan Ghani.

"Situasi politik berkembang sangat cepat. Kami akan menyerahkannya kepada Presiden Ghani untuk menjelaskan apa yang mungkin dia katakan kepada menteri itu. Belum ada transfer kekuasaan secara formal," kata Price.

Ghani merupakan presiden terpilih pertama pada 2014. Dia mengambil alih kekuasaan dari Hamid Karzai yang memimpin Afghanistan setelah invasi pimpinan AS pada 2001.

Baca juga : Taliban Kuasai Afghanistan, JK: AS tak Bisa Perang Gerilya

Ghani mengawasi penyelesaian misi tempur AS, penarikan pasukan asing yang hampir selesai dari negara itu dan perdamaian yang terpecah belah oleh proses pergerakan Taliban. Ghani memulai pembicaraan damai dengan kelompok itu di ibukota Qatar, Doha, pada 2020.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement