REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Presiden lembaga think tank Center of Political and Foreign Affairs, Fabien Baussart mengatakan warga Afghanistan menyalahkan Pakistan atas situasi yang sedang mereka alami. Islamabad dituduh memberikan tempat perlindungan bagi Taliban.
Di media Times of Israel, Baussart menulis Taliban menggunakan barat laut Pakistan sebagai tempat untuk menyusun rencana dan memberontak setelah digulingkan pasukan Amerika Serikat (AS) dan sekutu pada 2001. AS pun sempat menyebut Pakistan menjadi tempat perlindungan aman bagi milisi Taliban.
Di media sosial, muncul reaksi kemarahan yang menyalahkan Pakistan dan badan intelijennya, Inter-Service Intelligence (ISI) atas apa yang terjadi di Afghanistan.
"Tagar #sanksiPakistan akan segera menjadi tren di Twitter setelah Taliban mengumumkan kemenangan, tagar itu telah digunakan 730 ribu kali dan 37 persen berasal dari Afghanistan," tulis Baussart seperti dikutip Ani News, Selasa (17/8).
Baca juga : Taliban Menguasai Afghanistan, Ini Respons Iran
Lebih jauh Baussart mengatakan wakil presiden pertama Afghanistan Amrullah Saleh dengan terbuka menyebut Pakistan menindas rakyat Afghanistan. Melalui dukungan negara Asia Selatan itu pada Taliban.
"Di tanah air saya, bersama rakyat, untuk tujuan, dengan keyakinan kuat atas kebenaran, hak kami untuk melawan dukungan Pakistan pada penindasan dan kediktatoran brutal," kata Saleh.
Sebelumnya Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan sejumlah Taliban tidak berpakaian militer, melainkan mengenakan baju warga sipil biasa. "Bagaimana negara harus memburu mereka ketika ada tiga juta pengungsi Afghanistan di perbatasan," katanya.
Menurut Baussart, banyak pejabat Afghanistan dan pakar internasional yang menilai Taliban tidak akan dapat merebut kembali Afghanistan tanpa bantuan Pakistan.
Beberapa tahun yang lalu mantan presiden Pakistan Jenderal Pervez Musharraf mengakui ISI bertanggung jawab atas kelahiran Taliban. Sebab pemerintah dan sebagian besar populasi Afghanistan lebih mendukung India.