REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pemerintah Australia pada Selasa (17/8) memperingatkan warga Sydney untuk bersiap menghadapi kenaikan kasus Covid-19 dalam beberapa pekan mendatang. Otoritas juga mendesak mereka menjalani vaksinasi untuk mencegah lebih banyak pasien dirawat dan kematian ketika kasus harian mendekati angka tertinggi.
"Kami memperkirakan jumlah kasus dalam dua atau tiga pekan mendatang akan naik dan kemungkinan meningkat secara substansial," kata pemimpin New South Wales (NSW) Gladys Berejiklian di Sydney, ibu kota negara bagian itu.
Sydney, kota terbesar Australia dan episentrum wabah di negara itu, telah memperketat aturan pembatasan, termasuk memasang penghalang jalan, dan menaikkan denda setelah muncul laporan tentang orang-orang yang melanggar perintah tinggal di rumah. Namun penguncian ketat, yang kini berada di pekan kedelapan, gagal menahan wabah Delta. NSW pada Selasa (17/8) melaporkan 452 kasus baru, angka harian terbesar ketiga selama pandemi, dan satu kematian.
Tanpa kurva kasus yang terlihat mendatar, kemungkinan untuk mengakhiri pembatasan pada 28 Agustus di Sydney tampak kecil, meski sejumlah ekonom memprediksi munculnya resesi akibat lockdown. Varian Delta yang sangat menular telah mengurung lebih dari setengah populasi Australia yang berjumlah 25 juta jiwa di dalam rumah mereka akibat pembatasan yang ketat.
Sydney dan Melbourne, dua kota terbesar, dan ibu kota Canberra berada dalam karantina panjang. Sementara lockdown selama tiga hari diterapkan pada Senin di Darwin, ibu kota Northern Territory, setelah muncul satu kasus baru.
Berejiklian mendesak masyarakat untuk segera mendapatkan vaksin agar tingkat vaksinasi orang dewasa meningkat dari 27 persen menjadi 70 persen, sehingga "hidup akan lebih bebas daripada hari ini."
"Apakah itu berarti hidup kita benar-benar bebas? Tidak. Tapi apakah itu berarti hidup kita lebih bebas daripada hari ini? Tentu saja," kata dia.