REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Gemar Membaca Indonesia (Yagemi) bekerja sama dengan Ikatan Penerbit Indonesi (Ikapi) akan menggelar Simposium Nasional Gerakan Desa Membaca. Kegiatan itu akan diadakan pada Kamis, 26 Agustus 2021.
“Simposium ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan kebijakan dari semua pihak terkait agar sistem ini dapat diterapkan secara nasional,” kata Ketua Yagemi Firdaus Oemar kepada Republika.co.id, pekan lalu.
Ia menyebutkan, simposium akan mengundang narasumber dari berbagai kementerian, seperti Kemeterian Desa, PDT, dan Transmigrasi , Kementerian Dalam Negeri , Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ristek, Kementerian Agama, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementrian BUMN, dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Selain itu, narasumber dari Perpustakaan Nasional dan DPR RI.
Adapun para peserta yang akan diundang adalah dari Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ristek, Kementerian Agama, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Selain itu, Perpustakaan Nasional, Dewan Perwakilan Rakyat RI, Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), Gabungan Toko Buku Indonesia (GATBI), Persatuan Percetakan Grafika Indonesia (PPGI), Persatuan Penulis Indonesia (SATUPENA), Ayo Membaca Indonesia (A mind), Forum Rektor Indonesia, Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI), dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Rencana kegiatan simposium itu mendapatkan tanggapan positif dari Afrizal Sinaro, ketua Dewan Pembina Asosiasi Yayasan Pendidikan Indonesia (AYPI). “Budaya tradisi literasi menjadi prasyarat kebangkitan dan kemajuan suatu bangsa. Literasi adalah kemampuan individu utk membaca, menulis, berbicara dan dapat memahami apa yg dibaca, apa yg ditulis, dan apa yg dibicarakan serta dapat memecahkan masalah pada tingkat keahlian yg diperlukan dalam dunia kerja, keluarga dan masyarakat,” kata Afrizal kepada Republika.co.id, Senin (16/8).
Ia menambahkan, untuk mencapai budaya literasi yang baik diperlukan kerja sama yang baik dan sungguh-sungguh antara pemerintah, industri dan masyarakat. “Dunia Barat dan Jepang bangkit dengan tradisi literasi yang tinggi,” ujarnya.
Fairdaus menyebutkan, mengingat keterbatasan bacaan yang tersedia di masyarakat, Yagemi memiliki program yang disebut dengan Sistem Pustaka Bergilir Buku Masuk Rumah (PB-BMR). Sistem ini telah diuji coba sejak beberapa tahun yang lalu. Tiap paket buku yang dikrim secara bergilir ke rumah-rumah terdiri dari bacaan anak-anak, remaja, dan bacaan untuk orang tua. Konten-konten bacaan diutamakan yang berkaitan dengan kehidupan, kesehatan, kewirausahaan, pendidikan, keagamaan, dan buku-buku praktis lainnya.
Menurut Afrizal, menyongsong HUT kemerdekaan Indonesia yang ke-76, gagasan besar yg dilakukan oleh Yagemi, satu konsep gerakan desa membaca dengan sistem Pustaka Bergilir Buku Masuk Rumah tentu akan bisa menjadi jawaban dalam usaha bersama meningkatkan tradisi literasi di masyarakat kita. “Untuk menjadi bangsa hebat, tradisi literasi inilah yg harus ditumbuhkembangkan,” tegas Afrizal.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum Yayasan IndonesiaBermutu Dr Jaka Warsihna MSi berpendapat program Pustaka Bergilir Buku Masuk Rumah yang diprakarsai Yagemi sangat tepat. “Mengedukasi atau memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk terbiasa mencari informasi yang benar melalui membaca, mendengarkan, kemudian menyampaikan kebenaran informasi tersebut melalui tulisan atau rekaman perlu dilakukan,” kata Jaka Warsihna kepada Republika.co.id, Senin (16/8).
Menurutnya, Kebiasaan mencari informasi dan berbagi pengetahuan akan mengikis berita hoaks yang beredar di masyarakat. “Untukitu, mari kita bersama menumbuhkan kesadaran masyarakat selalu membaca dan mencari informasi yang benar serta berbagi informasi dan pengetahuan,” ujarnya.