REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Desainer kondang Lampung Aan Ibrahim mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tampil mempesona mengenakan busana adat Lampung Pepadun, saat menjadi Inspektur Upacara (Irup) dalam Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan ke-76 RI, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (17/8).
Pakaian adat Pepadun dari Bumi Lampung yang dikenakan Presiden kali ini, terdiri atas baju lengan panjang berwarna putih yang dipadukan dengan celana panjang berwarna senada. Di luarnya dibalut sarung Tumpal, yakni kain sarung khas Lampung yang dipakai menutup celana dari batas pinggang hingga lutut.
Penampilan ini dilengkapi dengan kain selendang, ikat pinggang, dan tutup kepala yang semua berwarna senada merah. Informasinya, Kikat Kepala atau topi Angkinan Lampung Pepadun yang dilengkapi dengan aksen batu mulia (gemstone) Batu Bungur Tanjungbintang Lampung Selatan yang dikenakan Presiden, adalah hasil rancangan keren dari budayawan Lampung, Anshori Djausal.
Sedangkan busana adat yang dikenakan, terafirmasi merupakan rancangan khusus dari Cecep Tailor, Jl Ikan Hiu 5, Kelurahan Pesawahan Kecamatan Telukbetung Selatan, Bandarlampung. Penampilan orang nomor satu di Indonesia itu sontak memantik beragam kebanggaan, apresiasi positif, dan ucapan terima kasih dari publik Bumi Ruwa Jurai Lampung.
Aan saat dihubungi mengatakan, busana yang dikenakan Presiden Jokowi dan Iriana Jokowi itu berasal dari busana adat Pepadun. Busana yang biasa dipakai oleh tokoh-tokoh adat pada saat acara perkawinan adat.
"Saya sangat mengapresiasi kepada Presiden Jokowi, karena beliau sangat sadar lewat busana yang dia kenakan, seluruh Indonesia melihatnya, bahkan dunia melihatnya," ujar dia.
Desainer yang kini memfokusi produksi kain tapis dan sulam usus khas Lampung yang terutama dikreasinya menjadi bahan dasar eksotis aneka gaun pesta ini menyebut, apa yang dikenakan oleh Jokowi adalah bagian dari promosi budaya dan pariwisata.
"Jokowi selalu menekankan setiap apa yang kita lakukan adalah bagian dari promosi kita. Saya berharap ke depan Jokowi lebih gencar mempromosikan kerajinan Nusantara, lewat busana yang sering dikenakannya. Bukan terbatas dengan batik saja, tetapi tenunan Lampung juga patut dikenakannya. Misalnya sulam usus," saran dia.
Terkait "pengenaan terbatas" busana adat tersebut seperti pengenaan selendang, dengan mempertimbangkan keleluasaan ruang gerak fisik dan pertimbangan waktu kala Presiden sepanjang memimpin jalannya upacara, Aan Ibrahim turut sependapat. Asal sepanjang tidak melanggar "pakem" tata titik pengenaan busananya.
"Untuk busana pemuka-pemuka adat Pepadun, biasanya. Kalau dipakaikan selendang di bahu Pak Jokowi itu untuk pemanis," tandasnya.