REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ronggo Astungkoro, Wartawan Republika
Mobil-mobil berjejer di Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Jumat 23 Juli 2021. Nara Firoza, yang baru dua hari merayakan ulang tahun ke 26-nya, kesulitan mencari tempat untuk memarkirkan mobil hatchbacknya. Sekira pukul 21.00 WIB, lokasi yang dia tuju, Markas Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta, tampak ramai dari luar saat dia melewatinya.
Nara harus memutar satu putaran hingga akhirnya mendapatkan parkir di bahu jalan sekitar 100 meter dari gerbang PMI DKI Jakarta. Ponsel pintarnya berbunyi ketika dia turun dari kendaraan. Masuk pesan berupa foto surat pengantar permintaan donor darah langsung dari salah satu rumah sakit di Jakarta Pusat untuk seorang pasien Covid-19.
Begitu tiba di depan gerbang PMI DKI Jakarta, Nara sedikit terkejut melihat antrean yang ada. Lapangan parkir di dalam gerbang PMI DKI Jakarta dipenuhi sepeda motor. Tak sedikit orang yang duduk di atas jok motor karena sudah penuhnya bangku yang disediakan untuk menunggu oleh PMI. Antrean juga terjadi di dekat loket di depan pintu masuk.
Dengan menunjukkan surat pengantar permintaan donor darah yang sudah dia siapkan, Nara diarahkan untuk menuju ke lantai 5 gedung tersebut. "Untuk mendaftar donor plasma konvalesen," ungkap Nara kepada Republika, Senin (16/8).
Sesampainya di lantai yang dituju, dia langsung diarahkan ke sebuah ruangan. Nara mengingat-ingat jumlah kursi yang dia lihat di sana, sekitar enam baris ke belakang dan 10 baris ke samping. Menurut dia, hampir semua kursi terisi malam itu. Dia mengingat, tempat yang tak terisi tidak sampai lima kursi.
Mereka semua merupakan para calon pendonor plasma konvalesen. Nara yang juga hendak menjadi pendonor ikut duduk mengantre hingga nomor urutnya dipanggil untuk melakukan screening. Tak sedikit syarat yang dibutuhkan sebagai calon pendonor plasma konvalesen.
Beberapa di antaranya, selain harus bergolongan darah sama dan bisa menunjukkan hasil negatif Covid-19 melalui tes PCR, seorang calon pendonor juga tidak boleh mengonsumsi obat-obatan dalam beberapa hari terakhir. Nara yang pada pagi harinya mengonsumsi obat dinyatakan tak lolos. "Minum obat rutin karena ada penyakit," kata dia.
Nara langsung memberi kabar kepada Nafis Muhammad, anak dari pasien Covid-19 yang namanya tertera dalam surat pengantar permintaan donor darah tadi. Niatnya membantu mendonorkan plasma konvalesen karena berstatus sebagai penyintas Covid-19 tak jadi terlaksana.
Nafis memaklumi keadaan tersebut. Nara merupakan orang kedua yang gagal melakukan donor plasma konvalesen untuk ayahnya. Sebelum Nara, ada seorang temannya yang lebih dulu hendak melakukan donor darah, tapi tidak lolos karena hanya bisa menunjukkan hasil negatif Covid-19 dari tes antigen saja.
"Ada sekitar enam orang yang coba memberikan donor plasma konvalesen dan gagal karena tak memenuhi syarat. Pertama karena hasil tes yang dipakai antigen, kedua karena konsumsi obat, ketiga karena antibodinya kurang, keempat karena antigen lagi, kelima dan keenam karena antibodinya kurang," ungkap Nafis lewat sambungan telepon, Senin (16/8).
Pencariannya akan donor plasma konvalesen baru dia dapatkan pada hari ketiga. Ada satu kantong darah yang siap diolah terlebih dahulu dalam 24 jam untuk diberikan kepada sang ayah. Kemudian keesokan harinya dia mendapatkan lagi satu kantong darah untuk ayahnya.
Nafis menceritakan, ayahnya yang memiliki penyakit penyerta dirawat di rumah sakit karena Covid-19 selama kurang lebih satu bulan. Pada tiga pekan pertama, ayahnya dirawat di ruang isolasi. Sempat membaik, kondisinya menurun kembali hingga akhirnya dipindahkan ke ruang Intensive Care Unit (ICU).
Saat mendapatkan kabar untuk mencari donor plasma konvalesen, Nafis mengaku melihat adanya secercah harapan ayahnya dapat sembuh. Terlebih, ketika satu hasil donor plasma konvalesen yang telah diberikan menunjukkan hasil. Kondisi ayahnya membaik. Detak jantung kembali normal dan saturasi oksigen meningkat hingga di angka 98 sehingga tak jadi menggunakan ventilator.
Tengah malam sekitar pukul 02.00 WIB pada 28 Juli 2021, Nafis sempat melakukan panggilan video dengan ayahnya. Saat berkomunikasi, dia melihat kondisi ayahnya membaik. Obrolan malam itu tidak begitu panjang. Sang ayah meminta Nafis untuk menjemputnya. Namun, kondisi yang belum sepenuhnya membaik membuat hal tersebut tak dapat dilakukan.
Beberapa saat berselang dari panggilan video tersebut, Nafis mendapatkan kabar dari rumah sakit untuk datang beserta keluarga inti. Sesampainya di sana, keluarga dikabarkan bahwa kepala keluarga mereka telah meninggal dunia.
Setelah melalui semua itu, Nafis mengakui donor plasma konvalesen yang dibantu oleh PMI dalam pengambilan darahnya dapat memberikan harapan bagi mereka yang membutuhkan. Setidaknya dia merasa diberi waktu lebih untuk menyiapkan hati dan perasaan menjelang wafatnya sang ayah.
"Mungkin ya, gua bisa video call terakhir kali gara-gara ada itu (donor plasma konvalesen). Kalau nggak, (mungkin) bisa lebih cepet dan gue bisa nyesel dong nggak bisa tatap muka dan ngobrol untuk yang terakhir kali," tutur Nafis.
Terkait dengan syarat yang diberikan oleh PMI untuk para calon pendonor plasma konvalesen, Nafis tak begitu mempermasalahkannya. Justru, menurut dia, dengan syarat-syarat itu PMI dapat memastikan dan menjaga orang-orang yang membutuhkan donor bisa mendapatkan sesuatu yang memang semestinya didapatkan.
"Bukan sekadar dapet, tapi kita nggak ada yang tahu kondisi pasien gimana kan. Langkah cross check-nya itu bagus. Nggak cuma satu pintu, tapi berlapis-lapis sehingga ketika pasien dapet, dia bener-bener mendapatkan hasil yang terbaik," ungkap dia.
86.000 Kantong Harapan Belum Cukup
Seolah tak termakan usia, Ketua PMI, Jusuf Kalla, melangkah dengan cepat saat turun dari mobilnya yang baru tiba di Markas Komando Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis 12 Agustus 2021. Agendanya pada pagi itu melakukan peninjauan pelaksanaan kegiatan donor darah reguler dan donor plasma konvalesen yang dilakukan oleh TNI Angkatan Laut (AL).
Setelah melihat kegiatan tersebut bersama Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Yudo Margono, pria yang kerap disapa JK itu memberikan keterangan kepada wartawan. Di depan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Tanjung Kambani 971, dia mengatakan, saat ini merupakan saat-saat kritis dalam kaitan persediaan stok darah.
"Ini waktu yang sangat kritis sebenarnya dalam hal darah. Pada saat ini kebutuhan tinggi, pada saat yang sama sulit kita mengadakan acara donor darah," ungkap pria berusia 79 tahun itu.
Mantan wakil presiden Republik Indonesia pada dua periode pemerintahan itu mengatakan, kebutuhan akan donor darah saat ini, baik untuk donor darah biasa maupun plasma konvalesen, sangat tinggi. Namun, stok darah yang ada di PMI masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
"Kalau plasma, stok kita ada 600 tapi kebutuhan 3.000 hari ini," tutur JK.
JK menyampaikan, kebutuhan akan donor darah reguler maupun donor plasma konvalesen tidaklah terbatas. Untuk plasma konvalesen, dia menjelaskan, PMI telah memenuhi 86.000 permintaan hingga saat dia berbicara saat itu. Namun, daftar tunggu akan kebutuhan donor plasma konvalesen masih panjang, masih ada sekitar 3.000 permintaan yang belum terpenuhi.
JK menerangkan, selain untuk donor plasma konvalesen, kebutuhan akan donor darah biasa juga sedang tinggi. Namun, stok darah untuk keperluan donor darah biasa saat ini masih kekurangan. Bahkan, untuk mendapatkan donor darah biasa maupun donor plasma konvalesen pun bukan perkara mudah di masa pandemi ini.
Apa yang Nara lihat di PMI DKI Jakarta pada 23 Juli lalu tampaknya merupakan pemandangan yang cukup biasa terlihat. JK mengatakan, kondisi kantor-kantor PMI begitu ramai pada tengah malam oleh mereka yang membutuhkan kantong darah. "Kalau Anda berkunjung ke PMI sampai tengah malam itu kayak pasar malam itu orang untuk memenuhi kebutuhan itu," ujar JK.
Karena itu, dia mengapresiasi bantuan donor darah maupun donor plasma konvalesen seperti yang dilakukan oleh TNI AL itu. Menurut dia, kegiatan tersebut dilakukan di saat yang tepat. Sebab, apabila tidak ada bantuan seperti itu, maka akan sulit bagi PMI memenuhi kebutuhan untuk orang yang terkena Covid-19 maupun penyakit lainnya.
"Kalau tidak ada bantuan seperti ini maka kita mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan orang yang sakit atau yang Covid-19 yang sangat membutuhkan. Karena itulah maka momen-momen seperti ini paling berharga untuk kemanusiaan untuk penyelamatan," kata JK.