Upacara Peringatan HUT ke 76 RI Digelar Sederhana
Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
Petugas mengibarkan bendera Merah Putih saat upacara bendera memperingati HUT Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia. | Foto: ANTARA/Prasetia Fauzani
REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Kondisi pandemi Covid-19 yang telah menginjak tahun kedua menyebabkan upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI masih diselenggarakan secara sederhana. Di Kabupaten Banyumas dan Purbalingga, upacara digelar hybrid.
Bupati masing-masing daerah mengikuti upacara di halaman pendopo kabupaten dengan peserta terbatas, sedangkan perwakilan ASN lainnya mengikuti upacara secara virtual di instansi masing-masing. Di Kabupaten Banyumas, upacara digelar di halaman pendapa setda setempat, Selasa (17/8).
Dalam upacara itu, Bupati Achmad Husein bertindak sebagai inspektur upacara dengan peserta hanya 50 orang dari perwakilan korp musik, anggota TNI/Polri, dan ASN yang diwakili oleh anggota Satpol PP. Petugas Paskibra dari pelajar SMA, hanya berjumlah delapan orang.
Meski demikian, setiap instansi di pemkab juga wajib mengikuti upacara dengan mengikuti upacara secara virtual. Dalam upacara secara virtual tersebut, ASN peserta upacara dari masing-masing instansi mengikuti upacara lengkap dengan mengenakan seragam Korpri.
Hal serupa juga berlangsung di Kabupaten Purbalingga. Dalam upacara yang juga digelar di pendopo Setda setempat, Bupati Dyah Hayuning Pratiwi bertindak sebagai inspektur upacara. Upacara juga diikuti secara virtual perwakilan ASN di masing-masing instansi pemkab setempat.
Dalam upacara tersebut, baik Bupati Achmad Husein maupun Bupati Dyah Hayuning Pratiwi, membacakan sambutan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Dalam sambutannya, Gubernur menyatakan, pada 2021 ini masih merayakan HUT Kemerdekaan pada kondisi pandemi.
Sejauh ini, kata gubernur, lebih dari 100 ribu warga Jateng gugur, 110 di antaranya merupakan tenaga kesehatan. ''Banyak orang bertumbangan. Setiap hari, kabar orang meninggal maupun usaha yang gulung tikar kita dengar,'' jelasnya.
Ia menyebutkan, grup-grup whatsapp dan media sosial, berubah jadi ruang penebar duka dan doa. ''Sedih, capek, marah, dan muak bergantian masuk di dada, seolah-olah sudut untuk kita bahagia sudah tidak tersisa. Seolah-olah, kehidupan yang aman dan nyaman sudah tidak ada,'' katanya.
Bahkan dia menyebutkan, di Jawa Tengah saat ini ada sekitar 5.400 anak-anak yang telah kehilangan orang tuanya. ''Tidak ada lagi yang dipanggil bapak/ibu, tidak ada lagi yang memberi uang jajan, apalagi mengajak liburan,'' ujar dia.
Untuk sekadar pelipur lara, Ganjar menyatakan, Pemprov Jateng telah mengirim bantuan pada mereka. ''Beberapa pemerintah kabupaten kota juga telah melakukan hal serupa, termasuk kepolisian,'' katanya.
Dalam kesempatan itu, Ganjar berharap agar di waktu-waktu mendatang ketika terjadi pandemik lagi, jangan sampai bangsa Indonesia terperosok dan terseok-seok seperti ini lagi. ''Hanya keledai lah yang akan jatuh ke lubang yang sama. Kita menolak menjadi bangsa keledai,'' tegasnya.
Di akhir sambutannya, Ganjar berdoa pada Tuhan Yang Maha Esa agar seluruh rakyat Indonesia dan seluruh bangsa Indonesia diberi karunia kekuatan hati dan pikiran untuk mewujudkan kemakmuran. ''Tidak mulai besok, tidak mulai lusa tapi mulai sekarang!. Merdeka!'' tegasnya.