Selasa 17 Aug 2021 22:02 WIB

Sejumlah Ilmuwan Sebut Matahari Penyebab Pemanasan Global

Sejumlah ilmuwan berbeda pendapat mengenai penyebab pemanasan global.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Dua orang penghuni berbincang di jendela rumahnya di perkampungan nelayan Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (31/7/2021). Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memperkirakan wilayah Jakarta bagian Utara akan tenggelam akibat faktor perubahan iklim, eksploitasi air tanah hingga kenaikan permukaan laut karena pencairan lapisan es akibat pemanasan global.
Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Dua orang penghuni berbincang di jendela rumahnya di perkampungan nelayan Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (31/7/2021). Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memperkirakan wilayah Jakarta bagian Utara akan tenggelam akibat faktor perubahan iklim, eksploitasi air tanah hingga kenaikan permukaan laut karena pencairan lapisan es akibat pemanasan global.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Selama ini, pemanasan globar dinilai terjadi karena polusi carbon dioksida (CO2). Tapi, sebuah studi mengungkap bahwa hal itu bukan hal yang benar.

Dikutip dari Newsmax pada Selasa (17/8), sanggahan itu menilai bahwa pemanasan global terjadi karena pancaran suhu panas dari matahari.

Baca Juga

Artinya, para ilmuwan itu sangat bertentangan dengan kesimpulan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Tapi, sejumlah ilmuwan tetap meyakini bahwa pemanasan global bukan disebabkan oleh matahari.

Karena, studi yang menganggap bahwa matahari adalah penyebab pemanasan global itu tak mampu menunjukan seberapa besar peran matahari dalam menimbulkan global warming.

Di satu sisi, ilmuwan dan fisikawan surya mengatakan IPCC "prematur" dalam menyalahkan CO2 dalam global warming. Karena, IPCC menyimpulkan dengan data kurang lengkap terutama data soal pancaran panas matahari.

Salah satu ilmuwan yang terlibat dalam studi terbaru itu, Ronan Connolly, Ph.D mengatakan, IPCC mengumulkan data yang berbeda untuk menghasilkan kesimpulan yang berlawanan. "Dalam desakan mereka untuk memaksakan konsensus ilmiah, IPCC tampaknya telah memutuskan untuk hanya mempertimbangkan kumpulan data dan studi yang mendukung narasi yang mereka pilih," kata Ronan.

Penelitian terbaru ini pun diharapkan dapat memantik penelitian lainya untuk menyajikan fakta dengan data yang jauh lebih komprehensif. Fakta ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap sejumlah kebijakan yang perlu diambil dalam penanganan pemanasan global.


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement