Rabu 18 Aug 2021 06:47 WIB

Biden dan Johnson Bahas Taliban Afghanistan

Biden dan Johnson sepakat isu Afghanistan akan dibawa ke G7.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Taliban berjaga di gerbang utama menuju istana kepresidenan Afghanistan, di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021.
Foto: AP/Rahmat Gul
Taliban berjaga di gerbang utama menuju istana kepresidenan Afghanistan, di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Selasa (17/8). Gedung Putih menyatakan, keduanya membahas mengenai situasi di Afghanistan dan sepakat untuk mengadakan pertemuan virtual para pemimpin G7 pada pekan depan untuk membahas strategi dan pendekatan bersama.

Gedung Putih mengatakan, kedua pemimpin membahas perlunya koordinasi erat yang berkelanjutan di antara sekutu dan mitra demokratis mengenai kebijakan Afghanistan ke depan. Salah satunya termasuk cara-cara komunitas global dapat memberikan bantuan dan dukungan kemanusiaan lebih lanjut bagi para pengungsi dan warga Afghanistan yang rentan lainnya.

Baca Juga

Juru bicara Downing Street mengatakan, Johnson dalam panggilan dengan Biden menekankan pentingnya tidak kehilangan keuntungan yang telah dibuat di Afghanistan selama 20 tahun terakhir. Dia menyatakan perlu melindungi diri sendiri dari ancaman yang muncul dari terorisme dan terus mendukung rakyat Afghanistan.

AS dan sekutu Barat kembali mengevakuasi diplomat dan warga sipil pada Selasa. Evakuasi ini dilanjutkan sehari setelah kekacauan di bandara Kabul saat warga Afghanistan memadati landasan pacu.

Keputusan Biden untuk tetap pada kesepakatan penarikan pasukan yang dibuat oleh pendahulunya dari Donald Trump telah memicu kecaman luas di dalam negeri dan di antara sekutu AS. Beberapa pihak tidak memperkirakan kecepatan Taliban dalam menguasai Afghanistan.

Baca juga : AS Siap Kirim Kembali Pasukan ke Afghanistan Lawan Terorisme

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement