Rabu 18 Aug 2021 07:55 WIB

Habib Abdurrahman Alhabsy Jelaskan Makna Merdeka Sejati

Makna merdeka sejati menurut Habib Abdurrahman Alhabsy.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Habib Abdurrahman Alhabsy Jelaskan Makna Merdeka Sejati. Foto: Kemerdekaan (Ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Habib Abdurrahman Alhabsy Jelaskan Makna Merdeka Sejati. Foto: Kemerdekaan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tanggal 17 Agustus merupakan moment bersejarah bagi rakyat Indonesia karena hari tersebut adalah Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Negara Indonesia. Gaung ucapan "MERDEKA" membahana di seantero bumi Nusantara.

Pimpinan Majelis Talim dan Zikir Baitul Muhibin Habib Abdurrahman Asad AlHabsyi menuturkan, ibarat sebuah buah, kemerdekaan bukan sekedar bagian kulit atau pun biji, tetapi isi yang sangat nikmat untuk dirasakan. Tentu kita berharap nikmat merdeka tersebut tidak sebatas lahir atau fisik saja.

Baca Juga

"Bahkan yang lebih utama adalah nikmat ruh kemerdekaan yang berbentuk: Keamanan,  kenyamanan,  ketentraman,  keadilan,  kesetiaan, kesejahteraan dan yang lainnya," kata Habib Abdurrahman Asad AlHabsyi saat menyampaikan tausiyah daringnya pada Hari Kemerdekaan RI, Selasa (17/8).

Karena itu, sejatinya Mengisi kemerdekaan haruslah dengan sesuatu yang ber-“isi” pula. Pengisi kemerdekaan haruslah memiliki kemerdekaan secara hakikat. Kalau tidak, maka tidak akan mampu dan tidak akan dapat mengisi kemerdekaan dengan sebenar-benarnya. Tentu kita sangat tidak mau berada dalam kemerdekaan yang semu.

Ketua Yayasan Syekh Ali Jaber ini mengatakan, manusia menurut pandangan agama barulah akan disebut merdeka bilamana ia sadar dan berusaha keras memposisikan dirinya selaku hamba Allah swt saja dalam segenap dimensi dirinya, baik penciptaan, penghambaan, kecintaan, perasaan maupun perilaku. Dan ia divonis tidak merdeka atau belum merdeka bilamana ia masih menghambakan dirinya kepada selain Allah swt.

Di antara ayat mengenai kemerdekaan adalah _“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)…”_  (QS. al-Baqarah: 256). Islam didakwahkan tidak berbasis paksaan, melainkan dengan akhlak karimah (akhlak mulia).

Menjadi jelaslah bahwa Islam adalah agama yang menjadikan hambanya pribadi yang merdeka. Namun, merdeka bukan berarti bebas tanpa batas. Kemerdekaan sesungguhnya manakala seseorang terbebas dari noda yang merusak 'akidah, syari’ah dan akhlak". Orang yang bebas tanpa batas tanpa memperdulikan ketiganya menurut Islam bukanlah merdeka, justru mereka sudah terjajah oleh nafsu dan tipu daya syaitan.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam pembukaan UUD 1945, bahwa kemerdekaan yang diraih oleh bangsa ini adalah Atas Rahmat Allah dan dorongan keinginan luhur (ikhlas) para pejuangnya.  Maka marilah saudaraku kita isi kemerdekaan negeri kita tercinta ini yang ke-76 dengan nilai relegius yakni _"Mensyukuri Rahmat Ilahi dan Ikhlas dalam beramal dan berkarya"._ InsyaaAllah negeri kita akan menuju Berkah,  Aman,  Damai dan Sentosa.

رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًا

_"Duhai Tuhanku,  Jadikanlah negeri ini Aman Sentosa"_ (QS. Ibrahim: 35)

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement