REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Jalan-jalan kota di Selandia Baru sepi pada Rabu ketika negara itu kembali menjalani penguncian (lockdown) pertama dalam enam bulan. Pengetatan dilakukan untuk menahan laju sebaran varian delta Covid-19 yang sangat menular.
"Kami selalu memiliki cara sendiri untuk merespons dan cara itu berat dan dilakukan lebih awal, karena itu lebih baik daripada ringan dan lama lalu berakhir dengan penguncian yang berkepanjangan," kata PM Selandia Baru Jacinda Ardern dalam sebuah video yang diunggah di Facebook.
Selandia Baru sempat terbebas dari virus dan hidup tanpa pembatasan. Pada Selasa sebuah kasus penularan lokal yang diduga diakibatkan oleh varian delta ditemukan di kota terbesar, Auckland.
Ardern pada Rabu (18/8) mengonfirmasi kasus baru itu adalah varian delta dan jumlahnya bertambah empat menjadi lima, semuanya terkait dengan kasus pertama. Salah satu kasus baru adalah seorang perawat di Rumah Sakit Auckland.
Negara itu kini berada dalam lockdown level 4, level kewaspadaan tertinggi, selama minimal tiga hari, sementara Auckland akan dikunci sepekan.
Di ibu kota Wellington, hanya sedikit orang terlihat di pusat kota yang biasanya ramai oleh para pembelanja dan pekerja kantor. Siaran TV memperlihatkan pemandangan serupa di Auckland.Setelah lockdown diumumkan, toko-toko swalayan dipenuhi warga yang membeli persediaan bahan pokok meski pemerintah berkali-kali berusaha meyakinkan masyarakat bahwa tak akan ada kelangkaan pasokan.
Kegiatan bisnis dan sekolah berpindah ke rumah dan dilakukan secara daring. Menteri Keuangan Grant Robertson mengatakan pemerintah akan kembali memberi subsidi upah mulai Jumat jika lockdown diperpanjang.
Kasus penularan lokal Covid-19 di Selandia Baru dilaporkan terakhir pada Februari.Sejak itu penduduknya hidup tanpa aturan pembatasan meski sebagian perbatasan internasional masih ditutup.Sejauh ini negara itu telah mencatat sekitar 2.500 kasus virus corona terkonfirmasi dengan 26 kematian.