REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - China pada Senin menyatakan dukungannya bagi pemerintahan Islam di Afghanistan, mendesak Taliban menghormati komitmennya untuk penyelesaian yang dinegosiasikan.
"China berharap bahwa Taliban akan melaksanakan janji sebelumnya untuk membangun sebuah pemerintahan Islam yang terbuka dan inklusif dan bertindak secara bertanggung jawab melalui negosiasi untuk memastikan keselamatan warga Afghanistan dan misi asing di Afghanistan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying.
Dukungan Beijing terhadap pemerintah yang dipimpin oleh Taliban di Afghanistan datang sehari setelah Presiden Ashraf Ghani yang didukung Amerika Serikat meninggalkan negara itu.
Taliban telah mengambil alih Afghanistan setelah merebut Ibu Kota Kabul pada Minggu dan sedang dalam proses mendirikan pemerintahan, yang mereka sebut Emirat Islam Afghanistan, yang sebelumnya disingkirkan setelah pasukan asing pimpinan AS menduduki negara itu pada 2001.
Kelompok itu telah menyatakan berakhirnya perang mereka melawan pendudukan asing, tetapi mengatakan bahwa ujian sesungguhnya akan dimulai sekarang.
Abdul Ghani Baradar, utusan utama Taliban yang memimpin negosiasi dengan AS dan pihak lain untuk mengakhiri pendudukan dalam beberapa tahun terakhir, mengatakan dalam sebuah pernyataan video singkat bahwa kemenangan tersebut tak terduga cepat dan tidak ada tandingannya di dunia.
"Ujian sebenarnya akan dimulai sekarang dengan memenuhi harapan masyarakat dan melayani mereka dengan menyelesaikan masalah mereka," kata Baradar.
Baca juga : Situasi Ibu Kota Afghanistan Berangsur Normal
"China menghormati hak rakyat Afghanistan untuk menentukan nasib dan masa depan mereka sendiri, dan bersedia untuk terus mengembangkan kerja sama bersahabat dengan Afghanistan. China akan memainkan peran konstruktif untuk perdamaian dan rekonstruksi di Afghanistan," kata Hua, dalam konferensi pers di Beijing, seperti dilansir harian China Global Times.
Dia mengatakan bahwa tidak seperti negara-negara barat, kedutaan besar China di Afghanistan bekerja seperti biasa.
"Sebagian besar warga negara China telah diatur untuk kembali ke China sebelumnya dan beberapa memilih untuk tinggal. Kedutaan berhubungan dengan mereka yang tinggal dan mereka aman," tambah Hua.
Rusia dan Pakistan juga membuka kedutaan mereka di negara itu, sementara AS, Inggris, dan Jerman telah mengevakuasi staf mereka dari kantor di Kabul.