REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Neraca perdagangan sepanjang Januari-Juli 2021 mencatatkan surplus hingga 14,42 miliar dolar AS. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Mengutip data BPS pada 2017 lalu, surplus dagang dalam kurun waktu yang sama sebesar 7,39 miliar dolar AS. Pada 2018, mengalami defisit 3,21 miliar dolar AS dan berlanjut ke 2019 yang defisit 2,15 miliar dolar AS. Adapun pada 2020 lalu, surplus dagang tercatat 8,65 miliar dolar AS.
"Surplus kumulatif kita dari tahun ke tahun ini cukup tinggi," kata Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam konferensi pers, Rabu (18/8).
Lebih detail, Margo memaparkan, total ekspor sepanjang Januari-Juli 2021 mencapai 120,5 miliar dolar AS. Tercatat naik 33,94 persen dari nilai ekspor periode yang sama tahun 2020 lalu.
Angka ekspor terbesar disumbang dari ekspor sektor industri sebesar 94 juta dolar AS, diikuti ekspor tambang 16,9 juta dolar AS, ekspor pertanian 2,2 juta dolar AS, serta ekspor migas 6,8 juta dolar AS.
Adapun dari sisi impor dalam periode yang sama mencapai 106,1 miliar dolar AS, naik 30,46 persen dibandingkan Januari-Juli 2020. Impor terbesar masuk untuk golongan barang bahan baku/penolong sebesar 80,5 juta dolar AS. Selanjutnya impor barang modal 15,2 juta dolar AS, serta impor barang konsumsi 10,4 juta dolar AS.