REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kebijakan pemerintah untuk membatasi aktivitas masyarakat mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) setidaknya memukul pelaku usaha. Tidak terkecuali bagi sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Kesulitan mereka mulai mendapat perhatian dari Muhammadiyah. Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, pihaknya sedang mencoba menghidupkan kembali usaha-usaha jamaah yang ada di ranting maupun cabang, termasuk ‘Aisyiyah dengan program-program khususnya.
’’Kita sedang jalankan program-program seperti lumbung pangan dan gerakan ketahanan pangan keluarga,’’ ujar Haedar di kantornya, Kamis (12/8).
Ia merasa saat ini merupakan waktu yang tepat bagi masyarakat untuk diajari menjadi orang yang produktif. Walau tidak memiliki lahan, masyarakat masih bisa memakai pot untuk menanam yang bisa dimakan agar jangan sampai tidak memiliki lahan merasa tidak bisa ikhtiar.
Ia memperkirakan, dampaknya bisa luar biasa besar jika bisa membangkitkan modal sosial untuk UMKM. Tapi, tentu saja harus bersinergi yaitu langkah seluruh kekuatan masyarakat dengan langkah negara, sehingga bisa menghadapinya bersama-sama.
’’Hebat ini kalau kita bisa bangkitkan modal sosial kita. Saya optimistis bisa, tapi syaratnya negara harus berbuat optimal, masyarakat juga berbuat optimal,’’ terangnya.
Menyinggung mengenai pembangunan sejumlah infrastruktur di Muhammadiyah, Haedar mengungkapkan bahwa amal usahanya memerlukan infrastruktur dan sarana serta prasarana fisik. Bahkan dalam waktu dekat sejumlah proyek infrastruktur di lingkungan Muhammadiyah sudah siap untuk diresmikan.
’’Muhammadiyah ingin menebar pesan kalau pandemi memang permasalahan besar. Tapi, kehidupan tidak boleh berhenti dan harus terus dijalani,’’ kata dia.
Haedar menegaskan, Muhammadiyah termasuk yang ingin mengajak bangsa ini mampu membangun yang memang didasarkan kepada kemampuan rasional, maksimal, tapi tidak melampaui takaran yang dimiliki. Sehingga, juga melakukan yang terbaik.
Kemudian, ia mengingatkan, tiap individu diajari untuk jangan sampai perbuatan-perbuatan baik membawa mafsadat. Jangan sampai negara melakukan sesuatu yang walaupun memiliki niat baik, tapi melampaui takaran sampai menimbulkan masalah.
’’Termasuk, membangun dengan utang yang berlebih. Bahkan, berutang yang berlebih itu bisa membuat negara ini gharim, kalau negara itu gharim nanti menjadi negara yang mustahik, kalau negara mustahik negara bisa bangkrut,’’ ujar Haedar.